Kisah Sukses Alumni Unesa Pendiri Firma Hukum LSW

Dari Ilmu Kimia ke Hukum Perdagangan Internasional

Penelitian S-1 terkait kimia organik dan dilanjutkan hingga S-2 terkait batu bara membuat Lukman tertarik mengambil fokus pengolahan batu bara dari sisi hukum. Ia pun belajar ilmu hukum mulai S-1 di Jakarta, S-2 di Surabaya hingga S-3 International Bussines Law of Universal Institute of Professional Management (UIPM) in California, Amerika Serikat.

Lukman Sugiarto Wijaya merupakan alumnus S-1 Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unesa. Ia kemudian melanjutkan studi magister S-2 Kimia dengan mengambil konsentrasi Ilmu Geokimia, terutama fokus mengkaji batu bara. Penelitian terkait kimia organik dan batu bara membuat Lukman tertarik mendalami pengolahan batu bara dari sisi atau bidang hukum. Ia pun belajar ilmu hikum mulai S-1, S-2 hingga S-3 di International Bussines Law of Universal Institute of Professional Management (UIPM) California, Amerika Serikat.

Saat menempuh S-3, Ketua DPC Perkumpulan Pengacara dan Konsultan Hukum Indonesia (PPKHI) itu melakukan penelitian terkait hukum perdagangan internasional (internasional bussines law). Penelitiannya itu menyoroti undang-undang internasional terkait proses penambangan batu bara di Indonesia agar pengolahan hasil alam tidak mengesampingkan keberlanjutan (sustainable environtment).

“Itu menjadi keresahan saya sejak melakukan penelitian kimia organik terkait batu bara, yang mana selama ini di lapangan setelah habis tambangnya maka dibiarkan tidak direklamasi,” ujarnya.

Sebelum memutuskan mendalami ilmu hukum, pendiri sekaligus Advokat Firma Hukum Lamont Sasmaka Wilwatikta (LSW) itu mengaku menghadapi dilema ketika lulus S-1 Kimia. Ia dihadapkan pada dua pilihan yakni tetap mendalami ilmu kimia dengan menjadi peneliti/dosen atau berwirausaha mandiri. Namun, latar belakangnya sebagai aktivis pergerakan sejak di kampus, membuat advokat yang sudah memiliki 3 kantor utama di Surabaya, Jakarta, dan Mojokerto itu menetapkan pilihan tidak sekadar menjadi dosen atau karyawan, tetapi harus tetap ingin vokal menyuarakan keresahannya terhadap berbagai hal yang ditemui.

Sebelum kuliah ilmu hukum, ia melanjutkan studi S-2 Kimia dengan mengambil konsentrasi Ilmu Geokimia, terutama fokus mengkaji batu bara. Pengalaman berharga meneliti senyawa metabolit sekunder tumbuhan paku selama di Unesa membuat ia mengenal rumpun kimia organik lebih dalam, seperti ilmu kimia organik bahan alam, geokimia, dan kimia farmasi. “Ketika melanjutkan S-2 bidang geokimia, saya melakukan penelitian geokimia tentang batu bara,” jelasnya.

Penelitian dari S-1 terkait kimia organik ini dan dilanjutkan hingga S-2 terkait batu bara menjadikan Lukman tertarik mengambil fokus pengolahan batu bara dari sisi atau bidang hukum. Dari sinilah, ia kemudian belajar ilmu hukum mulai S-1 Hukum di Jakarta, S-2 Hukum di Surabaya, dan S-3 International Bussines Law of Universal Institute of Professional Management (UIPM) in California, Amerika Serikat.

Selama menjalani masa kuliah di negeri Paman Sam, Lukman aktif di sejumlah penelitian terkait hukum perdagangan internasional (internasional bussines law). Penelitiannya tersebut menyoroti undang-undang internasional terkait proses penambangan batu bara di Indonesia agar pengolahan hasil alam tidak mengesampingkan keberlanjutan (sustainable environtment). Sebab, hal itulah yang menjadi keresehannya sejak melakukan penelitian kimia organik terkait batu bara. “Selama ini yang saya temui di lapangan, setelah habis tambangnya maka dibiarkan tidak direklamasi,” bebernya.

Bagi Lukman, itulah yang menjadi pekerjaan rumah seluruh stakeholder agar pengolahan sumber daya alam (SDA) tetap memperhatikan menjaga keberlanjutan. Warga harus diberikan wawasan hukum. Dan, itu yang ia tulis dalam disertasinya. Dosen di Universal Institute of Professional Management (UIPM) Indonesia itu menegaskan bahwa persyaratan ketat terkait pertambangan, terutama batu bara harus dilakukan untuk menjaga agar pemanfaatan SDA tetap seimbang. “Jangan sampai genjot devisa tapi memunculkan masalah baru yaitu masalah lingkungan,” tandasnya.

Menjadi Aktivis Kampus

Jiwa aktivis Lukman telah tumbuh sejak pertama kali masuk Unesa melalui Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) 2005. Itulah yang menjadi titik baliknya. Dia melihat bagaimana pergerakan mahasiswa menjadi “Kawah Candra Dimuka” untuk mengupgrade diri. Ia pun aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Unesa. Ia sempat ditunjuk menjadi panitia Olimpiade Kimia. Ia juga banyak diandalkan di bidang kerja sama yang banyak bersentuhan dengan berbagai orang-orang penting seperti anggota dewan, kepala dinas dan direktur pabrik. “Saat itu, saya ditugaskan mengirimkan proposal kegiatan untuk meminta dukungan pendanaan (sponsorship),” ungkapnya.

Bagi Lukman, belajar adalah proses untuk mengupgrade diri. Karena itu, meskipun sejak 2005 kuliah Kimia di Unesa hingga 2023 kuliah Hukum di Amerika, ia masih bertekad terus belajar. Terdekat, ia akan mengambil S-3 untuk ilmu multidisipliner Hukum Pembangunan. Lukman mengaku termotivasi belajar bukan untuk mendapatkan gelar, tapi sebagai proses upgrading diri terhadap keilmuan ditekuni. “Tujuan saya bukan dapat gelar, tetapi untuk mengembangkan kepribadian terutama bagaimana kita dapat bermanfaat bagi orang lain” ucap lulusan terbaik FMIPA pada Yudisium FMIPA tahun 2009 dan lulus 3,5 tahun itu.

Selama belajar di Unesa, Lukman mendapatkan banyak hal, tidak hanya keilmuan, tetapi juga terkait moral dan etika. Bekal itupun ia terapkan ketika menjadi praktisi di bidang hukum. Kedisiplinan dan tanggung jawab yang dipelajari di kampus berjargon satu langkah di depan itu, ia terapkan ketika menangani permasalahan hukum. Ia tidak hanya menjalankan formalitas sebagai lawyer kepada klien, tetapi juga memberikan solusi terbaik dari segi hukum.

Pria yang juga pernah menjadi dosen UINSA  2017-2022 itu menjadikan S-1 sebagai masa transisi untuk mendisiplinkan diri, agar ketika lulus dapat digunakan untuk membuktikan kemampuan dirinya memberi manfaat kepada masyarakat. “Kita harus terus memperluas relasi, mau jadi apapun harus siap, yang penting halal, jangan terlalu terpaku dengan scope keilmuan, yang penting kita petik kebiasaan baik selama S-1,” tandasnya memberi pesan. @TimMajalahUnesa

Bagikan artikel ini

en_USEN