
Cerita Mahasiswa Unesa Magang di NGO Ecoton
Ingin Turun Langsung dan Belajar dari Akarnya
Ketertarikannya terhadap isu lingkungan tidak datang dengan tiba-tiba. Sebelumnya, ia telah banyak terlibat dalam berbagai projek kolaborasi berkaitan dengan lingkungan. Dialah Vita Achmada, mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Negeri Surabaya yang mengikuti mobility program magang di Non-Governmental Organization (NGO) Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton).
Keputusan Vita menjalani program Magang Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di sebuah LSM lingkungan hidup di Jawa Timur Ecoton bukan sekadar langkah mencari pengalaman kerja saja, lebih dari itu menjadi bentuk nyata komitmennya terhadap perubahan sosial berbasis lingkungan.
Ia mengaku sangat tertarik pada perubahan sosial. Ia pun menyalurkannya lewat tulisan, konten, hingga aksi sosial. Ketertarikannya terhadap isu lingkungan bukan datang tiba-tiba. Sebelum magang di Ecoton, ia sempat terlibat dalam proyek kolaborasi dengan NGO Seasoldier Surabaya dalam program Studi Independen.
“Nama Ecoton pun sudah akrab di telinga karena aktif dalam penelitian mikroplastik. Isu yang tampak abstrak bagi sebagian orang, tapi justru membangkitkan keingintahuan saya. Mikroplastik itu nyaris tak terlihat, tapi dampaknya luar biasa besar. Karena itu saya ingin turun langsung, belajar dari akarnya,” ucapnya.
Sejak bergabung dengan Ecoton, Vita mendapatkan pengalaman yang tak terduga. Di hari pertamanya magang, ia langsung mengikuti aksi teatrikal “Menolak Punah” di Kali Mas Surabaya. Aksi itu bukan hanya bentuk protes terhadap pencemaran sungai, tetapi juga panggilan darurat untuk menyelamatkan spesies ikan endemik Kali Surabaya yang terancam punah. “Aksi itu, bagi saya sangat membekas karena menyalurkan keresahan melalui ekspresi langsung di ruang publik,” kenangnya.
Tak berhenti di situ, Vita pun turut serta dalam kampanye Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2025 di depan Gedung Negara Grahadi. Dengan mengusung pesan “puasa plastik”, ia bersama tim Ecoton mengajak masyarakat merenungi krisis plastik yang kian akut.
Ia pun melakukan observasi limbah bahan bakar beracun (B3) Di Desa Lakardowo, Mojokerto. Di sana, ia menyaksikan langsung bagaimana air sumur warga telah tercemar zat berbahaya dari perusahaan pengelola limbah. “Kami mengukur TDS pakai alat Water Quality Meter. Airnya keruh, bau, dan hangat. Itu jadi pengalaman pertama saya mengenali ciri-ciri air tercemar,” terangnya.
Salah satu momen paling menginspirasi bagi Vita selama magang adalah ketika bertemu dengan seorang ibu dari Desa Lakardowo yang memperjuangkan desanya dari pencemaran limbah B3. Vita sempat menangis ketika mendengar kisah sang ibu, meski tidak memiliki kekuatan besar, tapi punya hati dan keberanian besar. “Dari sang ibu itu, saya belajar bahwa hak atas lingkungan sehat adalah bagian dari hak asasi manusia, dan memperjuangkannya bukanlah pilihan, melainkan kewajiban,” ungkapnya berkaca-kaca.
Selama magang, Vita juga terlibat kampanye refilin atau refil keliling sabun dalam kemasan guna ulang sebagai alternatif sabun sachet yang sulit terurai. Ia gencar mensosialisaikan bahwa satu liter sabun refil setara dengan mengurangi sekitar 50 sachet plastik. “Ini bukan cuma soal jualan sabun, tapi soal perubahan kebiasaan. Kampanye ini menjadi jembatan antara edukasi dan solusi praktis yang membumi,” tegasnya.
Selain itu, ia juga menulis dan merancang buku cerita inspiratif bertema lingkungan yang terinspirasi dari sosok Nina, seorang anak yang berjuang melawan krisis sampah di lingkungannya. “Kami ingin anak-anak sadar, bahwa suara mereka juga punya kekuatan untuk mengubah keadaan,” ujarnya penuh semangat.
Cara Pandang Berubah
Meski berlatar belakang komunikasi, Vita tidak gusar saat harus berhadapan dengan istilah teknis seperti Dissolved Oxygen, Total Dissolved Solids (TDS), hingga jenis-jenis polimer. Ia menjawab tantangan itudengan mencatat, bertanya, dan belajar dari berbagai sumber. “Saya sadar, untuk bisa berkomunikasi soal lingkungan, harus paham betul apa yang dibicarakan,” ujarnya.
Ia juga pernah turun ke lokasi pembuangan limbah di belakang pabrik kertas PT Adiprima Suraprinta dalam pelatihan ronda sungai. Dalam pelatihan itu, Vita turut memantau kualitas air di outlet limbah industri. Vita dan rekan-rekan mengukur kualitas air menggunakan alat, lalu menganalisisnya berdasarkan standar baku mutu. Dari situ, ia menyadari bahwa advokasi lingkungan bukan hanya soal orasi, tetapi juga data dan pemahaman teknis yang kuat. “Air yang hangat dan berbau itu menjadi bukti nyata bahwa ekosistem kita tengah sakit,” bebernya.
Pengalaman di Ecoton membuat cara pandang Vita terhadap isu lingkungan berubah drastis. Dulu, ia berpikir masalah lingkungan itu cuma soal buang sampah sembarangan, tapi ternyata banyak sekali variannya. Kini, ia pun rutin membawa tumbler, tas belanja kain, kotak makan, dan menghindari produk berkemasan sachet. “Kebiasaan ini turut saya tularkan ke keluarga di rumah,” imbuhnya.
Selama di Ecoton, ia juga belajar membuat press release, menerapkan risk management saat turun ke lapangan, hingga memahami protokol keamanan dalam investigasi lingkungan. Semua itu menjadi bekal berharga untuk karier masa depannya, baik sebagai komunikator, penulis, maupun aktivis lingkungan.
Vita mengakui hal yang paling berkesan adalah ketika bersama warga Lakardowo. Pengalaman itu membuatnya semakin yakin bahwa suara-suara kecil dari masyarakat harus diangkat dan diperjuangkan. “Kita sering lupa, bahwa mereka yang tinggal di sekitar sumber pencemaran adalah korban yang paling merasakan dampaknya,” ucapnya.
Kepada para mahasiswa yang tengah mempertimbangkan mengikuti mobility program, terutama magang di NGO agar jangan ragu memilih jalur yang mungkin belum banyak dilirik para mahasiswa itu. Ia membuktikan, magang di NGO seperti Ecoton, tidak hanya mendapatkan pengalaman kerja saja, tapi juga perjalanan menjadi manusia yang peduli dan punya kontribusi nyata terhadap lingkungan. “Dunia ini butuh lebih banyak anak muda yang mau bergerak, bukan sekadar mengeluh,” pungkasnya. @TimMajalahUnesa
Bagikan artikel ini