
Spesial Edisi ke-200 Majalah Unesa
Jejak Sunyi Ruang Redaksi
Terbitnya produk media, termasuk majalah secara kontinue, tentu tak lepas dari peran penting tim redaksi. Merekalah yang bekerja di balik layar dan bergelut dalam kesunyian ruang redaksi untuk memastikan majalah bisa terbit secara berkala sesuai waktunya.
Jam menunjuk pukul 16.00. Harusnya, pada jam segitu, sudah banyak yang meninggalkan ruangan karena memang sudah waktunya jam pulang. Namun, tidak bagi Ariel (bukan nama sebenarnya). Ia tetap tak bergeming dari meja kerjanya. Menatap tajam ke layar monitor, sambil jari jemarinya menari-nari di atas keyboard. Ia ingin memastikan tulisan yang dibuat kelar hari itu dan segera mengirimkan ke email redaksi karena deadline sudah menunggu.
Aktivitas itu, tentu hanyalah sebagian kecil dari proses panjang dalam penyusunan dan penerbitan majalah. Di balik kerja sunyi itu, tim redaksi mengola kata, menyusun kalimat, memoles bahasa, hingga menata letak perwajahan sebelum akhirnya menghasilkan produk majalah. Dan, rutinitas itu, terus menerus dilakukan setiap bulan.
Menjaga konsistensi, tentu bukan perkara mudah. Dibutuhkan kesabaran, ketelatenan, keuletan, kerja keras dan dedikasi tinggi dari para kru redaksi. Sebab, jika tidak didasarkan hal itu, rasa bosan akan cepat menghantui sehingga kerja-kerja redaksi menjadi tersendat, dan bahkan bisa layu sebelum berkembang.
Komitmen dan konsistensi, setidaknya, telah ditunjukkan tim majalah Unesa. Hal itu dibuktikan dengan kemampuannya menerbitkan majalah bulanan hingga saat ini yang sudah mencapai edisi ke-200 atau 16 tahun lamanya. Tentu, dengan berbagai tambal sulam dan inovasi yang terus dilakukan oleh tim.
Perkembangan Majalah Unesa yang pada April 2025 ini telah memasuki edisi ke-200 mendapatkan apreasi dari berbagai pihak. Kepala Humas ke-4 dan ke-8, Prof Dr Suyatno, MPd, misalnya, mengapreasi perkembangan majalah Unesa yang tidak hanya mampu menjaga konsistensi, tapi juga beradaptasi dengan perkembangan teknogi.
Guru besar sastra anak Unesa itu melihat, saat ini, majalah Unesa selain tampil versi cetak juga sudah memiliki tampilan versi digital. Ia berharap, Majalah Unesa terus dikembangkan dengan konten yang inspiratif, tampilan yang lebih menarik, dan daya jangkau yang lebih meluas tidak hanya internal, tapi juga mengglobal. “Kalau bisa jangkauannya meliputi area Indonesia, Asean, Asia, dan bahkan dunia,” ujarnya.
Dari sisi desain, Suyatno mengatakan sudah sangat baik dan tidak jauh beda dengan majalah-majalah kampus ternama di dunia, semisal Universitas Harvard, Universitas Tokyo dan sebagainya. Ia juga berharap, tim majalah terus mencari referensi majalah perguruan tinggi ternama agar tampilan, isi, dan bahasanya lebih mentes. “Mentes itu lugas, singkat, padat dan mudah dipahami,” bebernya.
Sebagai kepala humas dua kali, Suyatno cukup paham perjalanan majalah Unesa. Ia masih ingat, sebelum berubah menjadi majalah, kali pertama terbit dalam bentuk warta yang dicetak dengan mesin sit. Lalu, dalam perkembangannya, cikal bakal warta itu terus berproses dari masa ke masa, hingga mewujud menjadi majalah sampai saat ini.
Suyatno juga menyampaikan lima fungsi majalah yang harus dipegang teguh pengelolah media. Pertama, memberi informasi yang orang lain tidak pernah menduga-duga dengan mencari sisi lain dari berita dan tidak hanya seputar 5W1H. Kedua, menjadi pemantik. “Artinya, redaksi harus punya kekuatan intuitif yang tinggi dan berpandangan ke depan (visioner), sehingga informasinya dinanti oleh pembaca,” tukasnya.
Ketiga, tambah Suyatno, majalah harus menjadi pemicu agar orang mau membaca. Caranya, harus jeli mencermati judul yang menarik. Keempat, adalah ambak, yakni bagaimana tulisan di majalah memberikan manfaat bagi pembaca. Kelima, berkesan sehingga majalah itu bisa disimpan/diarsip/dikliping sampai puluhan tahun. Dan, keenam, diferensiasi. Yakni memunculkan pembeda. “Pastikan bahwa informasi itu hanya didapatkan di Unesa sehingga bisa menjadi pembeda dengan majalah-majalah lain,” urainya.
Selama menahkodai Humas, Suyatno punya pengalaman berkesan selama membersamai majalah Unesa yakni terkait mengolah tulisan mahasiswa. Hal itu menjadi pengalaman yang sangat menarik, karena bisa mengetahui dan mengarahkan tulisan dengan catatan-catatan tertentu.
Suyatno juga mengapresiasi humas yang saat ini sudah berkembang melesat dengan berbagai prestasi dan penghargaan yang didapatkan. Kunci keberhasilan itu, tentu tidak lepas dari keterbukaan pimpinan terhadap pentingnya humas dan juga ditunjang pendanaan yang cukup memadai jika dibandingkan dengan sebelum-sebelumnya. “Saya berharap siapapun pimpinannya nanti harus memiliki kesadaran tinggi terhadap peran penting humas perguruan tinggi,” tandasnya.
Berkembang Signifikan
Senada, Kepala Humas ke-101 Unesa (2019-2020), Dr Much. Khoiri, MSi mengapresiasi Majalah Unesa yang telah mengalami sejarah cukup panjang dan mengalami perkembangan signifikan dari waktu ke waktu. Kala menjadi kahumas, Dosen Sastra Inggris Unesa itu mengakui jika majalah Unesa menjadi salah satu yang dipandang strategis sebagaimana website, medsos, radio, dan media mitra dari luar kampus.
Sebagai salah satu media komunikasi kampus, terang founder Rumah Virus Literasi (RVL) itu, Majalah Unesa memiliki peran penting menyampaikan informasi kepada sivitas akademika dan masyarakat luas. Apalagi, saat ini, majalah Unesa telah mengalami perkembangan pesat dan harus terus dipertahankan bahkan ditingkatkan kualitasnya.
“Saya salut dengan majalah Unesa saat ini. Ini adalah salah satu produk jurnalistik kampus yang sangat baik dan harus terus dijalankan. Hanya, saran saya, kolom gagasan bisa ditambah (baik dari dosen maupun mahasiswa), agar lebih banyak ide dan pemikiran dari sivitas akademika yang dapat dimuat dan dikembangkan,” tambahnya.
Salah satu inovasi yang dianggap paling penting adalah digitalisasi majalah Unesa. Majalah versi digital berbasis platform Flip, terang Khoiri, membuat majalah Unesa semakin luas jangkauannya ke pembaca yang lebih menyukai format digital dibandingkan dengan cetak. “Sebuah terobosan yang cerdas,” ungkap dosen yang juga penulis puluhan judul buku itu.
Selain mengapresiasi perkembangan majalah, Khoiri juga menyoroti pentingnya peningkatan kompetensi bagi para reporter dan tim Humas. Sebab, sifat media selalu dinamis dan pergantian tim setiap tahun juga harus diimbangi dengan sistem pengkaderan yang kuat.
“Kompetensi wawancara dan peliputan harus terus ditingkatkan. Ini penting karena hampir setiap tahun ada pergantian reporter, sehingga regenerasi dan pelatihan kompetensi jurnalistik harus benar-benar diperhatikan,” jelasnya.
Khoiri berharap majalah Unesa yang ini sudah memasuki edisi ke-200 dapat terus memberikan inovasi dan menjadi referensi utama bagi sivitas akademika serta masyarakat luas. Selain itu, ia juga ingin melihat majalah Unesa tetap menjadi media yang relevan dan selalu berinovasi sesuai perkembangan zaman.
“Selamat atas pencapaian edisi ke-200. Ini adalah capaian luar biasa. Semoga terus berkembang secara profesional dan menjadi bagian penting dalam branding kampus,” pungkasnya.
Digitalisasi dan Konten Bernilai Jual
Kepala Humas ke-6 Unesa (2008—2009), Prof Dr Suhartono, MPd turut memberikan pandangan mengenai perjalanan Majalah Unesa yang saat ini telah memasuki edisi ke-200. Guru besar bidang pragmatik itu mengatakan bahwa tantangan yang dihadapi Majalah Unesa saat ini adalah terakit teknologi digital dan Artificcial Intelegence (AI). Karena itu, majalah Unesa dituntut hadir dalam versi digital. “Satu di antara strategi yang dapat diterapkan adalah meng-online-kan majalah Unesa agar lebih mudah diakses oleh mahasiswa, dosen, alumni, dan masyarakat luas,” ujarnya.
Selain itu, pemilihan topik dan narasumber yang memiliki nilai jual juga menjadi kunci dalam meningkatkan daya tarik majalah. Ia mengatakan, penting menghadirkan konten yang tidak hanya informatif. tetapi juga memiliki daya tarik dan relevansi yang tinggi bagi pembaca. Dengan pemanfaatan teknologi digital dan strategi konten yang tepat, terang Suhartono, majalah Unesa dapat lebih luas menjangkau pembaca tidak hanya internal kampus, juga tingkat nasional dan internasional.
Suhartono berharap Majalah Unesa dapat terus berkembang dan memberikan dampak yang lebih besar. Selain itu, ia juga berharap majalah Unesa dapat menjadi referensi utama bagi sivitas akademika Unesa dan masyarakat luas dalam mendapatkan informasi yang kredibel dan inspiratif.
“Saya ucapkan selamat kepada Majalah Unesa yang telah mencapai edisi ke-200 atau usia ke-16. Semoga ke depan, Majalah Unesa semakin jaya, inovatif, dan menjadi kebanggaan Unesa,” tandasnya.
Ruang Sempit, SDM Minim
Kepala Humas ke-9 Unesa, Dr Heny Subandiyah, MHum mengingat masa-masa mendapatkan amanah sebagai Kepala Humas Unesa. Meskipun menjabat tidak lebih dari satu tahun, dosen yang kini menjadi wakil dekan 2 FBS itu merasakan kenangan yang luar biasa, termasuk saat mengelolah majalah Unesa.
Heny, demikian panggilan akrabnya, teringat harus bekerja di ruang yang tidak begitu luas karena harus berbagi tempat dengan Unit Lembaga Penjaminan Mutu (LPM). Meskipun dengan ruangan yang tak luas dan SDM yang sedikit, ia mengaku tetap semangat karena memiliki tim yang memiliki motivasi sangat besar.
Pada masa itu, terang Heny, Humas belum dianggap sebagai ujung tombak kampus. Stigma yang muncul saat itu bahwa Humas hanya sebatas menyampaikan berita dan tukang foto sempat melekat erat. “SDM saat itu sangat terbatas, bahkan untuk kebutuhan dasar seperti reporter dan editor. Kami hanya berlima. Kadang saya harus merangkap kepala Humas, redaktur, dan editor,” kenangnya.
Namun, dari proses itu, ia mengakui mendapatkan kebanggaan tersendiri. Apalagi, ketika bisa membersamai beberapa mahasiswa yang dulu pernah dibimbing kini sukses menjadi penulis atau MC profesional. “Ya, tentu proses itu, menyenangkan dan sangat membekas dalam diri saya,” terangnya.
Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia itu menambahkan, saat ini Humas tentu sudah berubah jauh. Selain sudah punya tempat yang layak menyatu dengan Gedung Rektorat, juga secara struktural sudah sangat strategis karena bagian dari direktorat yang menyatu dengan visi besar universitas.
Ia pun mengapresiasi konsistensi Majalah Unesa yang terbit rutin setiap bulan baik versi cetak maupun digital. Juga, SDM Humas yang kini lebih banyak dan kompeten, serta dukungan teknologi dan kejelasan struktur organisasi sehingga membuat produksi majalah berjalan lebih lancar dan profesional.
“Dulu, kami hanya punya satu produk (majalah) yang ditunggu-tunggu. Sekarang, sudah ada web, media sosial, video, podcast. Ini tentu perkembangan yang luar biasa,” tandas Heny sembari berpesan agar impian yang sudah jadi kenyataan itu terus dirawat sehingga menjadi lebih baik lagi. @sir/put/zar/shof
Dedikasi, Konsistensi, dan Prestasi
Apresiasi yang sama disampaikan Direktur Humas dan Informasi Pubik Unesa, Vinda Maya Setianingrum, S.Sos, MA atas pencapaian Majalah Unesa sudah memasuki edisi ke-200. Tentu, ini menjadi sebuah perjalanan panjang, dan juga simbol dari spirit dan konsistensi dalam berkarya dan berinovasi. “Tidak banyak lembaga yang bisa konsisten menerbitkan majalah setiap bulan, baik itu di level perguruan tinggi, maupun lembaga pemerintah seperti Kementerian,” ujarnya.
Dalam perjalanannya, terang dosen Ilmu Komunikasi Unesa itu, Majalah Unesa menjadi media komunikasi, informasi, promosi, penguatan citra dan reputasi kampus rumah para juara. Setiap edisinya selalu hadir dengan beragam informasi yang menarik dan bermanfaat, baik itu bagi civitas, maupun mitra dan masyarakat.
“Rubrik dan konten yang disuguhkan relevan dan aktual, sehingga selalu ditunggu di setiap edisinya. Membuka Majalah Unesa, pembaca tidak hanya mendapatkan informasi seputar kegiatan akademik, tetapi juga mendapatkan insight yang mutakhir,” terangnya.
Dedikasi ini, lanjut Vinda, menunjukkan komitmen Unesa untuk terus memberikan informasi terbaik kepada para pembaca. Buah dari semua itu tentu bisa dilihat dari berbagai prestasi Majalah Unesa di tingkat nasional, yaitu mendapatkan sejumlah medali Anugerah Humas Diktiristek atau Diktisaintek (AHD).
Ia menambahkan, di era digital seperti sekarang ini, transformasi media menjadi sebuah keniscayaan. Begitupun dengan Majalah Unesa yang terus beradaptasi dengan tuntutan perkembangan zaman melalui transformasi berkelanjutan dari cetak ke digital.
“Dengan transformasi ini, majalah lebih mudah diakses dan interaktif, serta dapat menjangkau lebih banyak pembaca. Media cetak boleh redup, tetapi majalah akan tetap hidup dalam bentuknya yang adaptif,” tandasnya.
Vinda berharap edisi yang ke-200 ini menjadi milestone atau tonggak penting untuk terus memperkuat dampak publikasi majalah lembaga ke depan, baik bagi civitas, mitra, maupun masyarakat. “Edisi ini juga harus menjadi semangat untuk terus berkarya dan berinovasi,” pungkasnya. @sir/putra/Azhar/shofi
Bagikan artikel ini