Kalam

OLEH: @arohmanmail

LEBARAN

“Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam bahasa Jawa, Lebaran berasal dari kata lebar alias berarti berakhirnya musim panen. Secara tradisi kearifan lokal, usai musim panen, petani akan sejenak menikmati hasil kerja kerasnya sebelum kemudian memulai lagi mengelola lahan dan merawat tanaman.

Sama dengan Idul Fitri, yakni kembali suci. Proses yang dilalui sebelumya adalah seorang hamba harus menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh, yaitu di bulan Ramadan. Istimewanya, di dalam bulan ini, setiap amal kebaikan pahalanya dilipatgandakan oleh Allah swt. Bahkan, bagi yang ‘beruntung’ bisa mendapatkan Lailatul Qodar yang ganjarannya sama dengan menjalankan kebaikan selama seribu bulan.

Lebaran, sebagaimana artinya di atas, lebih sering didapatkan daripada Idul Fitri. Seperti sudah menjadi ritual tak tertulis, setiap Lebaran masyarakat cenderung berfoya-foya dalam pesta yang dipaksakan. Baju atau pakaian serba baru, rumah dihias penuh keindahan, makanan dan minuman yang disediakan serba enak dan lezat. Semua dihadirkan demi kebahagiaan sesaat.

Padahal, maksud seharusnya adalah Idul Fitri. Setiap insan muslim akan kembali bersih bagaikan bayi, suci tanpa dosa setelah sebulan penuh digodok dalam keikhlasan puasa Ramadan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Lebaran atau Idul Fitri ini harus kita implementasikan dengan makna mencapai derajat kesucian diri secara lahir dan batin untuk sekarang dan seterusnya. Kesucian merupakan tujuan yang terus diupayakan, bukan hadiah otomatis. Sebagaimana ungkapan “tattaqun” dalam Surah Al-Baqarah ayat 183, misalnya, menunjukkan bahwa takwa adalah proses berkelanjutan menuju perilaku yang lebih baik, bukan status akhir.

Mungkin sebaiknya kita tidak memandang secara harfiah Idul Fitri sebagai “Id” yang dalam bahasa Arab memiliki makna “musim” atau “peristiwa yang berulang”, yang di Indonesia, “Id” sering kali diartikan sebagai “hari raya.” Ini.

Jadi, Lebaran atau idul Firti ini akan lebih mengingatkan kita bahwa kesucian adalah tujuan yang harus terus dikejar. Setiap langkah dalam Ramadan dan setiap kebaikan yang dilakukan membawa kita lebih dekat ke arah itu, dari waktu ke waktu. m

Wallahu a’lam bishawab.

Bagikan artikel ini

en_USEN