Tekad Isnaeni Setyoningsih, Duta Inisiatif Jawa Timur

Langkah Kecil untuk Perubahan yang Berkelanjutan

Bawa misi sadarkan generasi muda terhadap pentingnya melestarikan lingkungan, Isna menyadari bahwa langkah positif sekecil apapun akan berdampak besar bagi masa depannya. Tanggung jawab melestarikan lingkungan bukan hanya sebagian individu, tetapi kesadaran bersama.

Isnaeni Setyoningsih, demikian nama lengkap mahasiswi S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Meski belum memiliki pengalaman sebagai duta sebelumnya, perempuan kelahiran Trenggalek, 12 Juli 2004 ini telah menunjukkan prestasi membanggakan. Terbaru, ia berhasil terpilih sebagai Duta Inisiatif mewakili Provinsi Jawa Timur dalam ajang nasional 2024.

Keberhasilan Isnaeni tidak diraih secara instan. Sejak kecil, Isna—sapaannya telah akrab dengan nilai-nilai kepedulian terhadap lingkungan dan sesama. Ia terbiasa ikut terlibat dalam berbagai kegiatan sosial dan lingkungan bersama orang tuanya. Salah satu kegiatan yang membekas dalam ingatannya adalah program “Green and Clean” di lingkungan tempat tinggalnya.

“Dari pengalaman itu, tumbuh kepedulian dan kesadaran saya akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan sebagai tanggung jawab bersama, bukan hanya individu,” ujarnya.

Ia mengakui, peran keluarga menjadi fondasi kuat yang membentuk karakter sosial. Orang tuanya, Agus Prasetyo dan Ida Wahyuningsih, selalu melibatkan Isna dalam berbagai aktivitas masyarakat, bahkan sejak usia dini.

“Ayah seorang TNI AL. Saya selalu diajarkan belajar disiplin, keberanian, dan semangat mengabdi. Sedangkan ibu saya mengajarkan pentingnya bersosialisasi dan tidak malu ketika tampil di depan umum,” ungkap Isna.

Kombinasi nilai-nilai dari kedua orang tuanya itu secara tidak langsung membentuk kepribadian Isna menjadi pribadi yang peduli, tangguh, dan berani. Ia pun bersyukur sejak SD hingga perguruan tinggi mendapatkan dukungan beasiswa dari TNI AL. “Dukungan itu semakin memotivasi saya untuk terus berkembang dan berdampak bagi masyarakat,” ungkapnya.

Meski tidak aktif dalam organisasi kampus, tekad Isna memberikan kontribusi nyata tidak surut. Ia pun mengikuti ajang Duta Inisiatif secara mandiri karena merasa program ini sangat relevan dengan minat dan nilai-nilai yang selama ini dipegang. “Saya memberanikan diri mendaftar dan mengikuti seluruh rangkaian seleksi secara daring, mulai dari seleksi berkas, wawancara, hingga mengerjakan penugasan,” terangnya.

Awalnya, Isna merasa minder karena banyak peserta sudah punya berpengalaman di ajang serupa. Tapi, ia berusaha fokus pada niat dan semangat untuk belajar dan berkontribusi. Kerja keras dan ketekunan mahasiswi yang memiliki hobi berenang ini membuahkan hasil. Ia dinyatakan lolos sebagai perwakilan Provinsi Jawa Timur dan resmi menyandang predikat Duta Inisiatif batch 9 tingkat nasional tahun 2024 di bawah naungan Yayasan Pendidikan Pusat Leuweung (Leuweung Hub Foundation) sebuah organisasi yang dikenal aktif mengembangkan potensi generasi muda dalam bidang sosial, lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat.

Sebagai Duta Inisiatif, Isna pun aktif melakukan sosialisasi ke sekolah dan mengajak siswa peduli lingkungan. Ia menekankan bahwa aksi sederhana, seperti membuang sampah pada tempatnya dan mengurangi penggunaan plastik, bisa menjadi langkah awal menciptakan perubahan.

Isna meyakini bahwa aksi-aksi kecil yang dilakukan secara konsisten dan bersama-sama dapat membawa perubahan besar. Ia ingin mendorong anak-anak muda tidak merasa malu menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. “Setiap langkah kecil yang dilakukan memiliki arti penting jika dilakukan dengan sungguh-sungguh dan berkelanjutan,” tegasnya.

Salah satu momen paling berkesan bagi Isna adalah ketika melakukan sosialisasi di salah satu sekolah dan mendapatkan antusiasme yang tinggi dari para siswa dan Masyarakat. Rasanya, momen itu sangat membanggakan sekaligus menyentuh hati. “Saya melihat antusiasme luar biasa dari anak-anak. Mereka tidak hanya mendengarkan, tapi juga bertanya dan langsung ingin mempraktikkan,” kenangnya.

Mengatur Skala Prioritas

Di tengah padatnya jadwal sebagai duta dan mahasiswi aktif, Isna mengaku harus pandai-pandai mengatur waktu. Ia menggunakan metode skala prioritas untuk membagi waktu antara kuliah, tugas kampus, dan aktivitas sebagai Duta Inisiatif. “Kuncinya konsisten dan tahu batas kemampuan diri. Jangan sampai karena terlalu banyak kegiatan, justru mengorbankan kesehatan atau nilai kuliah,” katanya.

Dalam jangka panjang, Isna ingin membangun ekosistem yang sehat baik secara fisik maupun emosional di kalangan pelajar dan mahasiswa. Ia berharap generasi muda tidak hanya aktif secara akademik, tetapi juga peka terhadap isu-isu sosial dan lingkungan sekitar.

Bagi Isna, menjadi Duta Inisiatif merupakan bentuk penghargaan untuk diri sendiri atas keberanian melangkah keluar dari zona nyaman. Lebih dari itu, ini adalah bentuk pembuktian kepada orang tua bahwa didikan mereka membuahkan hasil. Ia merasa lebih percaya diri untuk terus berkarya dan menjadi bagian dari perubahan positif di masyarakat.

Sebagai Duta Inisiatif, Isna telah melaksanakan berbagai kegiatan yang mencerminkan komitmennya terhadap isu lingkungan, khususnya melalui program sosialisasi ke sekolah-sekolah. Ia secara langsung mengedukasi siswa mengenai pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian alam, serta mendorong mereka untuk memulai perubahan dari hal-hal kecil di sekitar mereka.

Baginya, menjadi Duta Inisiatif bukan sekadar gelar, melainkan bentuk tanggung jawab untuk menginspirasi dan menggerakkan masyarakat menuju perubahan positif yang berkelanjutan. Ia menegaskan bahwa bukan seberapa besar langkah yang telah dilakukan, tapi seberapa konsisten dalam melakukan, itu menjadi hal yang sangat penting. @TimMajalahUnesa

Bagikan artikel ini

en_USEN