Pengembangan Edu Ekowisata Batik Magetan untuk Penguatan Pendapatan Daerah Menuju Green Economy Nasional

Tim peneliti Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang terdiri atas Prof Dr Ir Erina Rahmadyanti ST, MT, Prof Dr Sarmini, MHum, Martini. D.E Susanti, SKom, M.Kom dan Prof Dr Ir Agus Taufik Mulyono, ST, MT berhasil melahirkan penelitian dengan judul Pengembangan Edu Ekowisata Batik Magetan untuk Penguatan Pendapatan Daerah Menuju Green Economy Nasional.

Penelitian itu menjadi upaya untuk kembali membangkitkan potensi wisata di daerah sebagai langkah awal peningkatan kesejahteraan dan ekonomi masyarakat. Desa Sidomukti. Magetan. Jamak diketahui bahwa Desa Sidomukti Magetan menjadi salah satu desa yang berhasil mengadopsi Edu Ekowisata Batik Magetan.

“Melalui penelitian dalam program Kedaireka 2023 skema B1, kami berupaya menawarkan penyelesaian permasalahan yang ada di masyarakat berkolaborasi dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Magetan,” terang Prof Erina Rahmadyanti, ketua tim peneliti.  

Desa Sidomukti sendiri telah dikenal sebagai kampung batik yang sudah mendapat pengakuan dari Pemerinta Kabupaten Magetan. Potensi batik yang melimpah tersebut, perlu dioptimalkan sebagai salah satu desa wisata. Dalam upaya menuju desa wisata, tentu perlu adanya berbagai perbaikan dan peningkatan untuk mendukung upaya tersebut.  

Erina menerangkan bahwa salah satu yang perlu diperbaiki adalah IPAL atau Instalasi Pengolahan Air Limbah karena kegiatan pembuatan batik yang belum ramah lingkungan. Di sisi lain, wilayah Desa Sidomukti memiliki keunggulan pula pada sektor pertanian. Oleh karena itu, perlu adanya pengolahan limbah yang tepat agar tidak berdampak pada sektor pertanian dalam jangka panjang.  

“Kita berkomitmen bagaimana menginisiasi green industry dalam skala industri kecil sehingga produk yang dihasilkan ramah lingkungan dan memiliki daya saing lebih di pasaran,” ujar dosen S1 Teknik Sipil tersebut.

Melalui kolaborasi antara keindahan alam, produktivitas pertanian, dan kekayaan budaya yang berpadu harmonis, terang Erina, menghadirkan konsep wisata baru Edu Ekowisata Batik Magetan. Lebih lanjut, Erina menjelaskan bahwa konsep wisata baru tersebut merupakan kombinasi dari pemandangan alam yang indah, produktivitas pertanian, potensi batik oleh pengrajin batik di Kampung Sidomukti, pelestarian lingkungan dan penyadaran edukasi batik dan lingkungan bagi masyarakat.  

“Kampung Sidomukti dikenal sebaga kampung batik, namun masih belum ada dukungan sarana prasarana yang menarik minat wisatawan datang ke sana,” ungkapnya.  

Erina juga mengungkapkan bahwa terciptanya konsep itu karena adanya industri batik yang masih diproduksi secara tradisional dan belum ada pengelolaan lingkungan yang baik. Limbah cair yang dihasilkan dalam proses produksi dibuang langsung ke perairan setempat, padahal air tersebut digunakan pula dalam kegiatan pertanian. “Sehingga muncul kekhawatiran akan dampak jangka panjang pada sektor pertanian seperti penurunan produktivitas pertanian, kerusakan lingkungan hingga adanya konflik antardesa,” ujarnya.

Diawali Pembuatan IPAL  

Menurut guru besar bidang ilmu teknik penyehatan lingkungan (Unesa) tersebut, proses awal dalam pengembangan Edu Ekowisata Batik Magetan diawali dengan proses pembuatan IPAL. Setelah itu, dilanjutkan dengan penataan ulang showroom batik di desa Sidomukti. Tahap selanjutnya, adalah penataan transportasi tradisional seperti sepeda dan becak motif batik. Selain itu, juga diperlukan pemasangan rambu lalu lintas agar masyarakat tertib lalu lintas dan dapat membatasi kecepatan berkendara agar meningkatkan kenyamanan wisatawan yang datang.

“Selain itu, pengembangan website untuk pemasaran produk batik sidomukti, pengembangan sarana pendukung wisata untuk anak-anak seperti sarana belajar membatik dan penciptaan buku mewarnai batik bagi anak usia dini,” jelasnya.

Keunggulan yang ditawarkan oleh Edu Ekowisatan Batik Magetan, terang Erina, terletak pada produksi batik dengan kepedulian akan kelestarian lingkungan. Keunggulan itu mendapatkan respon antusias dari masyarakat seperti turut serta membantu pemasangan gazebo dan bollard. Masyarakat turut menikmati pemandangan sore dengan duduk di gazebo sepanjang pintu masuk desa.

“Sejalan dengan pengembangan Edu Ekowisata dapat terlihat pula berbagai perubahan yang semakin kentara, mulai dari keindahan alam yang semakin terjaga, kesadaran pengelolaan lingkungan untuk kualitas hidup maupun keberlanjutan usaha oleh Masyarakat,” bebernya.  

Selama penelitian berlangsung, Erina mengakui banyak mendapat hal menarik seperti antusiasme dari para pengrajin batik. Mereka memberikan respon yang luar biasa tak kala melihat limbah cair batik yang selama ini dibuang sembarangan ke sungai dapat diolah kembali hingga berwarna jernih dan kembali memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan.

Namun, Erina mengakui, tantangan dan rintangan akan selalu hadir dalam setiap upaya positif yang dilakukan. Tim peneliti Unesa menghadapi tantangan kesiapan masyarakat setempat dalam mengelola secara keberlanjutan. Ia mengungkapkan bahwa perlu adanya pendampingan agar kegiatan semacam itu dapat memberikan penigkatan pendapatan bagi masyarakat setempat secara berkelanjutan.

“Kami bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Magetan yang bertugas sebagai pendamping kegiatan di lapangan serta penataan infrastruktur pendukung seperti Gazebo dan Bollard di sepanjang pintu masuk. Berkat program ini Desa Sidomukti masuk nominasi 75 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia,” jelasnya.  

Dengan berbagai potensi yang dimiliki Desa Sidomukti, Erina menuturkan rencana ke depan akan lebih fokus pada pengembangan teknologi IPAL untuk batik Ciprat Magetan. Erina memberikan masukan untuk terus melanjutkan pengembangan baik dari segi pertanian maupun pengelolahan pangan lokal. Hal tersebut dikarenakan Desa Sidomukti memiliki potensi pertanian yang dapat ditingkatkan produktivitasnya dan pengelolahan pangan untuk mendukung potensi wisata dengan berbagai produk pangan khas sidomukti. @hasna

Bagikan artikel ini

en_USEN