
Cerita Alumni Inspiratif, Ahmad Ramadhan
Pilih Berhenti Kerja di Bali Demi Istri, Kini Jadi Eksekutif Produser JTV
Menyelesaikan studi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Jerman tahun 2000, Ahmad Ramadhan memulai kariernya di perusahaan internet milik orang Prancis di Bali. Layaknya laki-laki pada umumnya, yang tidak banyak bercerita, Memed, panggilan akrabnya, gemar mencoba berbagai pengalaman baru saat bekerja di Pulau Dewata Bali untuk bekal kariernya.
Memed mengawali karier dengan bekerja di perusahaan internet yang kala itu masih menjadi “barang langka.” Di Perusahaan itu, ia mendapatkan kepercayaan pimpinan untuk sekaligus menangani kegiatan promosi di website atau platform media sosial. Dari sinilah, awal mula Memed kerap bertegur sapa dengan tulisan, yang pada akhirnya membawanya masuk lebih dalam ke dunia media.
Namun, di tengah kariernya yang sedang menanjak di Pulau Dewata, keputusan sulit harus diambil. Ia terpaksa harus memilih berhenti bekeja demi sang isteri. Sebenarnya, kata Memed, setelah memutuskan untuk menikah, ia menginginkan bisa tinggal di Bali dan berkarier di sana. Namun, nyatanya, sang istri enggan untuk ikut dengannya. Akhirnya, terpaksa setiap Sabtu pagi, ia selalu pulang dan sorenya kembali lagi ke Bali.
“Rasanya, udah kayak main aja, PP naik pesawat Bali-Surabaya. Tapi, di balik keputusan berat yang saya ambil itu, ada satu momen yang membuat saya ingin berhenti kerja di Bali. Setelah merenung, saya terpikir masak iya saya gini terus,” ungkapnya mengenang masa itu.
Keputusan berhenti kerja di karier yang sedang menanjak, tentu bukan perkara mudah. Namun, Memed yakin akan ada jalin lain yang lebih baik. Dan, benar adanya. Pada 2005, ia mendapatkan penawaran bekerja di sebuah perusahaan televisi lokal yang sudah punya nama, yakni JTV, yang berkantor di Surabaya, Jawa Timur. Dalam pandangannya saat itu, ini adalah momen yang tepat untuk untuk mengakhiri kariernya di Bali dan bisa berkumpul bersama keluarga kecilnya.
Berkat dedikasi, pengalaman, dan kerja kerasnya, Memed mendapatkan berbagai kepercayaan. Sampai pada pencapaian kariernya menjadi eksekutif produser di televisi yang berada dalam naungan PT Jawa Pos Media Televisi itu. Namun, sebelum menjadi eksekutif produser, jurnalis kelahiran Probolinggo itu mengawali sebagai penerjemah di program berita olahraga Pojok Arena dan menjadi reporter di lapangan. “Tentu ada proses ya. Tidak bisa sekedipan mata juga,” ujar Memed.
Sambil berproses sebagai jurnalis di lapangan, alumni Pendidikan Bahasa Jerman itu, juga turut mengasah kemampuan dalam menjepret momen untuk berita TV. Tidak berhenti untuk mengembangkan diri, ayah satu anak ini juga mempelajari beberapa buku jurnalistik agar insting jurnalisnya kian tajam. Berkat ketekunannya, ia akhirnya mendapatkan posisi sebagai produser dan kemudian menjadi eksekutif produser pada 2011 hingga sekarang.
Berbagai bonus pun mulai didapatkan Memed dari pekerjaannya. Salah satunya, mendapatkan kesempatan bepergian ke luar negeri. Awalnya, waktu itu ada teman yang meminta Memed untuk membuat paspor. Dengan polosnya, Memed balik bertanya, untuk apa membuat paspo karena ia tidak ada planning pergi ke luar negeri.
“Tapi, ternyata beneran. Satu dua tahun setelah itu, ada undangan dari maskapai penerbangan untuk peliputan jalur penerbangan baru dan yang ditunjuk pimpinan untuk pergi adalah yang punya paspor. Itu kali pertama saya bisa pergi ke luar dan gratis,” jelasnya sembari tersenyum.
Sejak itu, berbagai negara di Asia dan Eropa sudah ia kunjungi, seperti Hongkong, Malaysia, Belanda, Inggris, Belgia, Ceko, Amerika Serikat, hingga Prancis. Selain itu, ia juga diberi kesempatan untuk mengikuti konferensi media bergengsi dunia seperti International Broadcast Conference (IBC) di Amsterdam dan National Broadcasting Company (NBC) di Las Vegas.
Meski begitu, Memed menyadari bahwa apa yang didapatkan selama ini adalah bonus dari bekerja untuk diri sendiri. Maksudnya, apa yang ia kerjakan dengan sungguh-sungguh akan membawa dampak yang baik pula untuk dirinya.
“Menikmati pekerjaan dan punya prinsip kerja untuk diriku, artinya kalau misalnya nggak sungguh-sungguh, dampaknya ke saya. Jadi, saya selalu berusaha untuk kasih yang terbaik, itu yang membuat saya cinta dengan pekerjaan ini,” terang laki-laki yang sudah bekerja selama 19 tahun di JTV itu.
Saat ini, jelas Memed, media yang telah memberikan banyak kesempatan berharga untuknya itu sedang berusaha tetap eksis. Sebab, era kini, kecenderungan orang untuk mencari informasi bukan hanya dari televisi, tapi juga ke berbagai platform media lain, semisal media sosial dan lainnya.
Menghadapi situasi itu, menurut Memed, JTV harus mampu beradaptasi bagaimana cara menjaga ikatan antara masyarakat agar tidak terputus. Tidak hanya mengandalkan satu layar, tapi mereka harus mengandalkan second, third, fourth screen untuk tetap menjalin kedekatan dengan masyarakat.
“Intinya, pekerjaan apapun, harus dikerjakan dengan hati yang terbuka. Ketika berbagai tantangan datang saat bekerja, pasti kita dengan sukarela bisa menemukan jalan keluarnya,” pungkas Memed. @shofi
Bagikan artikel ini