Cerita Inspiratif Dosen Unesa Jadi Adjunct Lecturer di Thailand

Perluas Wawasan Akademik dan Kolaborasi di Kancah Internasional

Selain berbagi ilmu, menjadi adjunct lecture di negeri Gajah Putih, Thailad juga memperluas wawasan akademik serta membangun kolaborasi antar negara.

Kesempatan mengajar di luar negeri menjadi pengalaman berharga bagi Shelly Andari, SPd,  MPd. Dosen Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Unesa itu terpilih sebagai adjunct lecturer di Thaksin University, Thailand selama satu bulan penuh.

Di kampus itu, ia mengajar beberapa program studi, termasuk Teknologi Pendidikan dan PG-PAUD. Mata kuliahnya pun beragam seperti Manajemen Kelas, Manajemen Kurikulum, dan Supervisi Pendidikan. “Selain itu, saya juga ditunjuk sebagai asisten dosen S2,” ungkapnya.

Shelly juga mengamati adanya perbedaan budaya akademik antara di Thailand dan Indonesia. Salah satunya dalam penggunaan seragam. Mahasiswa S-1 di Thailand mengenakan seragam putih-biru, sedangkan untuk mahasiswa S-2 dan S-3 tampil formal dengan blazer dan jas.“Mahasiswa di sana sangat rapi dan disiplin. Seragam menjadi identitas yang membedakan jenjang pendidikan mereka,” terangnya.

Mengajar di lingkungan internasional tentu menghadirkan tantangan tersendiri bagi Shelly. Salah satunya adalah bahasa. Meski beberapa mahasiswa sudah fasih berbahasa Inggris, tapi sebagian besar mereka lebih nyaman menggunakan bahasa Thailand.“Saya sering menggunakan Google Translate untuk berkomunikasi dengan mahasiswa karena tidak semua dari mereka bisa berbahasa Inggris,” tuturnya.

Selain itu, perbedaan budaya akademik dan adat istiadat juga menjadi tantangan tersendiri. Namun, yang membuat Shelly senang adalah keramahan para dosen, mahasiswa, dan masyarakat setempat. Itu pula yang membantu Shelly lebih cepat beradaptasi. “Budaya dan adat-istiadat di sana sangat kental. Saya harus bersikap hormat dan saling toleransi,” ujarnya.

Selain mengajar, Shelly juga berkesempatan melakukan penelitian bersama tim profesor dari Faculty of Education, Thaksin University. Hasil kolaborasi itu, bahkan telah dipublikasikan dalam prosiding terindeks scopus. “Dampaknya luar biasa bagi saya sebagai dosen. Tidak hanya mengajar, tetapi juga melakukan riset bersama akademisi internasional,” tambahnya.

Selain itu, ia juga mendampingi mahasiswa Unesa dalam program Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) di sekolah-sekolah Thailand. Untuk mobilitas, ia sering menggunakan tuk-tuk, yang merupakan transportasi khas Thailand. “Pengalaman paling menarik adalah naik tuk-tuk menuju sekolah. Sepanjang perjalanan, saya menikmati pemandangan dan keramahan warga setempat,” katanya.

Setelah sebulan penuh di Thailand, Shelly tidak berhenti di situ. Ia menggagas professional learning community (PLC) Indonesia-Thailand, sebuah wadah pertukaran ilmu dan praktik terbaik antarpendidik dari kedua negara. “Komunitas ini mengadakan berbagai kegiatan seperti workshop dan supervisi bersama untuk meningkatkan kualitas pendidikan,” terangnya.

Bagi Shelly, pengalaman yang didapatkan selama mengajar di luar negeri, semakin memotivasinya untuk mendorong mahasiswa agar memiliki eksposur internasional. Pengalaman mengajar di luar negeri, jelasnya, membuka wawasan bahwa ilmu pengetahuan tidak terbatas oleh wilayah. “Mahasiswa Indonesia harus berani keluar dari zona nyaman dan mencari pengalaman global,” tandasnya.

Ke depan, ia berharap semakin banyak dosen dan mahasiswa yang mengikuti program akademik serupa agar Unesa semakin dikenal sebagai kampus unggul dan adaptif terhadap perubahan global. Baginya, keinginan besar harus diimbangi dengan tindakan nyata. Rasa ingin tahu yang tinggi harus disertai keberanian untuk melangkah dan menghadapi tantangan.

“Terus tingkatkan profesionalisme agar kita tidak hanya sebatas mengajar di dalam kelas, tetapi juga berkontribusi di lingkungan yang lebih luas,” pungkasnya. @ja’far

Bagikan artikel ini

id_IDID