
Prodi Kecerdasan Artifisial Unesa
Cetak Talenta AI yang Cakap Aspek Terapan dan Sosial Humaniora
Universitas Negeri Surabaya (Unesa) membuka program studi (prodi) baru S1 Kecerdasan Artifisial atau Artificial Intelligence (AI). Prodi S-1 AI yang bernaung di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ini memiliki penciri khas mengembangkan sistem AI yang relevan untuk keolahragaan, pendidikan, inklusi disabilitas dan seni budaya.
Program Studi (Prodi) S1 Kecerdasan Artifisial didirikan sebagai salah satu dari sedikit prodi sejenis di Indonesia dengan visi besar mencetak talenta AI yang tidak hanya cakap secara teknis, tetapi juga memiliki nilai lebih dalam aspek terapan dan sosial humaniora.
Koordinator Program Studi AI, Dr Elly Matul Imah, MKom mengatakan, pendirian prodi ini merupakan respons atas tingginya kebutuhan AI specialist, machine learning engineer, hingga big data analyst di berbagai sektor yang belum terpenuhi secara optimal.
“Kalau kita bicara AI, itu bukan hanya tentang kemampuan IT. Dibutuhkan keahlian yang sangat spesifik, termasuk pemahaman tentang proses kognisi manusia, serta kemampuan mengintegrasikan teknologi dalam konteks sosial budaya kita,” terang Elly.
Prodi Kecerdasan Artifisia Unesa memiliki perbedaan mendasar, semisal dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) yang masing-masing fokus pada pengembangan gim cerdas dan AI untuk pertanian. Unesa memposisikan diri secara unik di bidang pendidikan, olahraga, seni budaya, dan disabilitas. Hal ini menjadi basis keunggulan yang melekat kuat pada desain kurikulum dan arah riset di prodi ini.
“Mahasiswa kami akan dibekali kemampuan untuk mengembangkan sistem AI yang relevan untuk keolahragaan, pendidikan, bahkan inklusi disabilitas dan seni budaya. Ini kekuatan khas Unesa, ditopang oleh fasilitas laboratorium yang ada dan kolaborasi lintas bidang,” jelas Elly.
Selain penguatan pada aspek keilmuan, Prodi S1 Kecerdasan Artifisial Unesa juga mengusung semangat techno-eduecopreneurship dan neuro-cognitive science. Dua pendekatan itu menjembatani teknologi dengan inovasi berbasis kebutuhan manusia dan keberlanjutan lingkungan.
Meski baru berdiri, kata Elly, prodi ini telah menyusun kurikulum yang sangat komprehensif. Mahasiswa akan mempelajari ragam mata kuliah dari yang mendasar seperti Dasar Kecerdasan Artifisial dan Pemrograman, hingga yang sangat mutakhir seperti Quantum Machine Learning, Bioinformatika, AI in Sport, dan Generative AI. Selain itu, mahasiswa juga mempelajari mata kuliah seperti Etika AI dan Komputer Asistif. “Ini menegaskan bahwa prodi AI tidak hanya berfokus pada what AI can do, tetapi juga what AI should do,” bebernya.
Metode pembelajaran yang diterapkan pun adaptif terhadap kebutuhan zaman. Menurut Elly, hampir seluruh mata kuliah dilaksanakan dengan pendekatan project-based learning dan case methods. Metode itu memungkinkan mahasiswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga langsung menciptakan solusi melalui proyek riil di laboratorium.
Meski baru menerima mahasiswa angkatan pertama pada semester gasal 2025, lanjut Elly, Prodi S1 Kecerdasan Artifisial telah memiliki lima dosen homebase yang masing-masing merupakan spesialis di bidang seperti hardware, biomedis, deep learning, hingga fundamental AI. Selain itu, tim dosen dan tenaga kependidikan dari FMIPA juga siap menopang proses akademik dan manajerial.
Jalin Kerja sama Strategis
Dari sisi kolaborasi, tambah Elly, prodi ini sudah menjalin kerja sama strategis dengan berbagai pihak sejak awal pendiriannya. Beberapa mitra utama di antaranya BRIN melalui Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Siber, Kominfo (Komdigi), RSCM-FKUI, hingga RSUP Dr Mohammad Hoesin. “Di bidang akademik, kerja sama juga dibangun dengan ITS, Universitas Padjajaran, dan Universitas Sriwijaya,” ungkapnya.
Dengan kurikulum yang kaya dan jejaring yang luas, Elly yakin lulusan Prodi S1 Kecerdasan Artifisial Unesa mampu menempati berbagai posisi strategis seperti AI Specialist, Big Data Analyst, dan AI Digital Entrepreneur. Elly mengungkapkan, data dari Future of Jobs Report oleh World Economic Forum menunjukkan bahwa posisi AI dan Big Data adalah dua dari tiga pekerjaan dengan pertumbuhan tercepat di dunia. “Hal ini menjadi validasi kuat atas arah prodi ini ke depannya,” imbuhnya.
Meski belum memiliki mahasiswa aktif karena baru menerima angkatan pertama melalui jalur SNBT 2025, Elly menegaskan bahwa antusiasme calon mahasiswa terbilang tinggi. Bahkan, dari dari pendaftar SNBT, keketatan untuk prodi ini masuk tiga besar di FMIPA Unesa. “Ini tentu sinyal yang sangat positif,” kata Elly optimistis.
Elly menambahkan, ada beberapa profil lulusan Prodi S-1 Kecerdasan Artifisial Unesa. Di antaranya, 1) Profesional AI atau ML analyst atau engineer. Ahli dalam pengolahan data, pengembangan model, serta integrasi AI ke dalam sistem bisnis untuk menyelesaikan masalah kompleks dan meningkatkan efisiensi operasional. 2). AI digital entrepreneur yakni inovator yang memanfaatkan kecerdasan buatan untuk menciptakan solusi digital disruptif dan bernilai bisnis tinggi.
Selanjutnya, 3) AI Neuro cognition analyst, yakni menganalisis proses kognitif dengan mengintegrasikan ilmu saraf, psikologi, dan analitik data. Mereka memanfaatkan EEG, fMRI, dan machine learning untuk memahami fungsi otak serta mengembangkan solusi bagi kesehatan mental, pembelajaran, dan kinerja manusia. 4) Data intelligence analyst atau engineer. Mereka memiliki kemampuan dalam merancang, membangun, dan mengelola infrastruktur data berbasis AI untuk pengumpulan, penyimpanan, dan pemrosesan skala besar. Dengan fokus pada efisiensi dan skalabilitas, mereka menjadi kunci dalam solusi berbasis data.
“Harapannya mahasiswa bisa tumbuh menjadi generasi AI yang tidak hanya cerdas secara teknis, tetapi juga memiliki karakter, kepekaan sosial, dan semangat kolaborasi,” pungkas Elly. @TimMajalahUnesa
Bagikan artikel ini