
UNESA CEBD
Lab Wirausaha Penghasil Cuan
Laboratorium Kewirausahaan atau Unesa Central Edupreneur and Business District (UNESA CEBD) yang berada di kawasan Jalan Raya Unesa menuju kawasan elit Citra Land Surabaya, tidak hanya sekadar menyediakan fasilitas bagi mahasiswa untuk belajar berwirausaha, tetapi juga menerapkan sistem pengelolaan yang bernilai ekonomi dan menghasilkan cuan.
Direktur Badan Pengelola Usaha (BPU) Unesa, Mahendra Wardhana, SH, MKn mengatakan, pengelolaan kawasan UNESA CEBD mencakup berbagai aspek, mulai dari regulasi bisnis, optimalisasi fasilitas, hingga strategi kemitraan dengan pihak eksternal. Tujuanya, agar keberlangsungan dan dampaknya dapat terus berkembang.
Sebagai institusi pendidikan, kata Mahendra, Unesa sadar betul bahwa kebijakan yang dibuat bisa membawa pengaruh pada sivitas akademika. Termasuk, dalam hal pemberian izin mendirikan usaha di kawasan Unesa. Oleh karena itu, Mahendra mengaku ada syarat-syarat tertentu yang diberikan Unesa kepada mitra. Syarat-syarat itu meliputi status halal, perjanjian kerja sama, hingga biaya investasi dan pembangunan tempat usaha.
“Produk atau jasa yang halal menjadi syarat utama dalam perizinan mitra. Selain karena mayoritas mahasiswa beragama Islam, Unesa tidak mungkin mengizinkan usaha yang menjual produk-produk non-halal atau bisnis lain yang berpotensi membawa dampak buruk kepada mahasiswa,” ujar dosen Fakultas Hukum itu.
Mengenai kerja sama, terang Mahendra, Unesa memberikan kewajiban kepada mitra untuk menyediakan tempat bagi mahasiswa yang ingin magang atau praktik kerja lapangan di tempat usaha mereka. Tentu, disesuaikan dengan ketentuan dan standar mitra untuk menerima mahasiswa magang. “Tidak harus di tenant mereka yang di Unesa ya, bisa juga di tempat lain pun tidak masalah. Itu kami serahkan ke mitra,” terangnya.
Berkat tujuan magang ini pula, ungkap Mahendra, jenis usaha yang diterima menjadi pertimbangan BPU. Tidak hanya tenant makanan saja, tapi juga jasa seperti perusahaan material konstruksi, material interior rumah, aksesoris mobil, jasa cuci pakaian, ritel, hingga bengkel mobil dan bidang-bidang usaha lainnya. “Tahun-tahun mendatang, tentu akan terus kami kembangkan ke berbagai bidang,” ungkapnya.
Yang cukup menari, BPU juga menerapkan kewajiban bagi seluruh mitra untuk menyumbang dana abadi universitas sebagai bentuk dukungan kepada kampus. Selanjutnya, dana abadi itu akan diinvestasikan oleh lembaga pengelola dana abadi yang hasilnya akan diberikan dalam bentuk beasiswa kepada mahasiswa.
Lebih lanjut, Mahendra menjelaskan, terkait biaya dalam proses pembangunan tenant, beban seluruhnya ditanggung pihak mitra. Unesa hanya menyediakan lokasi usaha, kecuali bangunan yang sudah ada sebelumnya. Hal itu juga disebutkan pertama kali saat ada mitra yang ingin menyewa lahan di Unesa.
“Jadi, sebelum approve mitra, kami akan tanyakan dulu mereka bersedia apa tidak kalau harus menanggung biaya membangun tempat usaha dengan tetap memberikan kontribusi ke Unesa,” imbuhnya.
Optimalkan Pengelolaan Kawasan Premium
Unesa dinobatkan sebagai kampus dengan kekayaan aset terbesar ketiga di Indonesia setelah UI dan UGM. Penobatan itu, semakin memotivasi Unesa untuk terus bergerak memanfaatkan lokasi, terutama yang berada di kawasan ‘premium’ Surabaya. Kawasan itu akan dikelola lebih optimal daripada sebelumnya.
“Lab kewirausahaan sudah berjalan sejak 2021, tapi memang belum bisa optimal. Sehingga pada 2022, kami evaluasi dan akhirnya memutuskan untuk mengajak pihak luar dalam mengelolah lab ini, terutama brand-brand besar,” tukasnya.
Mahendra dan tim BPU Unesa meluaskan jangkauan dengan menjalin banyak mitra untuk menawarkan lokasi di lab kewirausahaan. Hingga kini, sudah ada 63 tenant yang sekarang terdata di seluruh kawasan bisnis Unesa. Tentu, keberhasilan menggaet para tenant itu bukanlah pekerjaan yang mudah.
Diceritakan Mahendra, waktu menawarkan kepada para mitra (investor), tidak langsung semuanya bersedia, bahkan tidak jarang mitra yang menolak karena berbagai macam alasan. Pun, ada pula mitra yang datang menawarkan diri dan ada pula yang harus dicari atau direkomendasi mitra yang sudah bergabung terlebih dulu. “Selain itu, BPU Unesa juga sudah pernah melakukan penolakan terhadap mitra karena tidak memenuhi kebijakan yang kami tetapkan,” ujarnya.
Pemilihan brand besar untuk menjadi mitra bukan tanpa alasan. Menurut Mahendra, selain nilai investasi yang besar dan nilai kontribusi yang diberikan ke Unesa cukup besar, brand besar juga bisa menarik brand-brand lain untuk turut berinvestasi dan mendirikan tempat usaha di Unesa. “Kami selalu mencari sistem manajemen yang tepat yang bisa saling menghargai antara Unesa dan mitra,” paparnya.
Income Generating Kampus
Selain menjadi universitas yang berbasis kewirausahaan, laboratorium kewirausahaan Unesa, ternyata juga mampu mendatangkan income generating bagi kampus. Apalagi, sejak menjadi PTN-BH, kampus memang dituntut untuk kreatif dalam mencari sumber pendapatan selain Uang Kuliah Tunggal (UKT) mahasiswa.
Lokasi Unesa yang strategis karena berada di dekat lima perumahan elit seperti Citraland, Pakuwon Indah, Bukit Darmo Golf, Graha Famili dan Wisata Bukit Mas menjadi keuntungan sendiri bagi kampus berjargon satu langkah di depan itu. “Peluang itu yang kami baca dan seharusnya asetnya bisa dioptimalkan dan mendatangkan passive income bagi Unesa,” bebernya.
Mahendra optimis, dengan manajemen yang baik, hubungan dengan mitra pun akan berjalan baik. Dengan demikian, akan ada income generating yang bisa menopang pendapatan universitas. @shofi
Bagikan artikel ini