M. Ridho Dwi Kurniawan, Juara Lomba Kaligrafi Kontemporer

Peraih Beasiswa Golden Ticket, Tertarik Kaligrafi saat SMA

“Lomba kaligrafi kontemporer ini seleksinya memang dari tingkat desa dulu baru seleksi tingkat kecamatan dan lanjut ke seleksi tingkat kabupaten.” M. Ridho Dwi Kurniawan.

Prestasi membanggakan dipersembahkan M Ridho Dwi Kurniawan (Edo). Putra daerah yang lahir di Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur itu berhasil menjadi juara 1 Lomba Kaligrafi Kontemporer yang diselenggarakan Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Ternyata, mahasiswa S-1 Desain Komunikasi Visual, Fakultas Bahasa dan Seni, Unesa yang kini duduk di semester 2 itu peraih beasiswa golden tiket.

Usai menjuarai lomba yang dilaksanakan pada 17-21 Oktober 2024 itu, Edo akan melanjutkan perjuangannya ke jenjang lebih tinggi, yakni ke tingkat provinsi. Dan, jika menang akan lanjut ke tingkat nasional. “Saat ini, saya fokus latihan mandiri sambil kuliah di Surabaya. Nanti, jika sudah ada informasi seleksi tingkat provinsi, saya akan kembali ke Paser” terang Edo.  

Awal mula Edo tertarik belajar kaligrafi bermula ketika SMA pada 2022 lalu. Saat itu, guru di SMA mengetahui jika Edo memiliki bakat di bidang melukis. Kebetulan, sedang dicari peserta untuk mewakili desa. “Jadi, lomba kaligrafi kontemporer ini seleksinya memang dari tingkat desa dulu baru seleksi tingkat kecamatan dan lanjut ke seleksi tingkat kabupaten” terangnya.

Setelah mendapatkan informasi terkait lomba, Edo lantas melakukan riset dan latihan otodidak terkait kaligrafi kontemporer. Berbekal niat untuk belajar dan istiqomah, Edo memutuskan ikut lomba. “Alhamdulilah, saya mendapat juara 1 mewakili desa di kecamatan, lalu selang satu bulan mewakili kecamatan di tingkat kabupaten, dan berhasil menjadi juara 1,” tambahnya.

Tahapan yang paling sulit, menurut Edo, adalah tingkat kabupaten. Sebab, cabang lomba kaligrafi kontemporer memiliki kategori usia yang sangat beragam. Maksimal usia peserta kaligrafi kontemporer adalah 35 tahun. “Saya sempat minder karena baru pertama kali terjun di dunia kaligrafi dan melihat peserta yang rata-rata memiliki jam terbang tinggi. Tapi, alhamdulillah, berkat kerja keras, saya yang baru pertama kali ikut, langsung mendapat juara 1 tingkat kabupaten,” ujar Edo senang.

Berkat prestasi yang didapatkan itu, ia berkesempatan mengikuti pelatihan di Lembaga Kaligrafi Alquran (LEMKA) Sukabumi, Jawa Barat pada 2023. Meskipun pelatihan di Sukabumi hanya selama satu bulan, tetapi Edo berkesempatan belajar langsung dari para master kaligrafi mulai teknik dan konsep dasar kaligrafi. “Pelatihan itu jadi bekal saya untuk memperkuat skill di bidang kaligrafi,” imbuhnya.

Selain berprestasi di ajang kaligrafi, Edo ternyata memiliki sederet prestasi lainnya. Prestasi itu antara lain Juara 1 Poster Nasional Unesa Law Fair 2022, Juara 2 Poster Nasional CEEC UP Universitas Pertamina 2022, Juara 3 Kampanye Festival Cegah Korupsi Itjen Kemendikbud Ristek 2021, Juara 1 Poster Nasional Socrates Festival PKN STAN 2021, Juara 3 Karikatur Tingkat Nasional PK-178 LPDP GAVESHA NIRWASITA 2022, dan berbagai prestasi lainnya.

Berkaca pada lomba kaligrafi kontemporer yang diikuti, Edo menjelaskan pentingnya memahami isi kandungan ayat yang akan dilukis. Biasanya, sebelum pelaksanaan lomba, peserta akan diberikan tiga ayat yang telah dipilih oleh juri. Peserta harus menguasai ketiganya, karena pada pelaksanaan lomba akan diacak ayat mana yang akan dilukis menjadi kaligrafi.

“Kemarin (waktu lomba), saya kebetulan mendapatkan surah Al-Buruj ayat 1-2. Saya harus meriset dulu isi kandungan ayatnya dan bagaimana itu bisa divisualisasikan atau digambarkan, karena kaligrafi itu tidak hanya sekadar melukis ayat tetapi harus bisa mengilhami ayat tersebut dan menguasai konsep di dalamnya” jelasnya.

Penerima Golden Ticket Unesa

Deretan prestasi itupula yang mengantarkan Edo masuk Unesa melalui skema beasiswa Golden Ticket. Ia diterima di Prodi S-1 Desain Grafis berkat prestasi yang didapatkan. Edo menceritakan bagaimana ia bisa mendapat beasiswa Golden Ticket Unesa. Bermula ketika Edo mendapatkan informasi dari gurunya di SMA agar mencoba mengikuti jalur beasiswa tersebut untuk masuk Unesa. Ia menuruti saran tersebut dan nekat mendaftar Jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) Beasiswa Golden Ticket Unesa.

“Saya menyetorkan tiga sertifikat juara nasional yang diselenggarakan oleh Unesa hingga Kemendikbud. Alhamdulillah, tidak menyangka, saya lolos seleksi berkas dan lanjut seleksi wawancara dan berhasil diterima. Dengan beasiswa itu, alhamdulilah, bisa mengcover biaya perkuliahan saya” tuturnya.

“Tantangannya, menurut saya, bukan pada tahap pendaftaran, tetapi justru setelah mendapat beasiswa itu, karena saya harus berjuang dengan persyaratan penerima beasiswa, seperti IPK harus di atas 3.0 dan diharuskan tetap berprestasi bagi Unesa. Karena jika tidak bisa memenuhi hal tersebut akan dievaluasi beasiswanya,” tambahnya.

Selain itu, tantangan yang dihadapi sebagai anak rantau dari Kalimantan ke Jawa adalah culture shock terkait bahasa. Meskipun ia dulu saat SMP pernah merantau ke Madura untuk mondok selama 3 tahun, tapi masih belum terlalu bisa berbahasa Jawa.

Ke depan, Edo bertekad untuk terus berprestasi dan dakwah melalui jalur kaligrafi. Ia juga berharap bisa mengikuti Musabaqah Tilawatil Qur’an Mahasiswa Nasional (MTQMN) pada 2025 ini.  

Saat ini, selain berkuliah, Edo juga aktif di UKM MTQ dan menjadi pengajar bidang kaligrafi kontemporer. Karena itu, ia berharap kepada mahasiswa Unesa yang tertarik belajar kaligrafi dan ingin berprestasi bisa bergabung bersama-sama untuk dakwah dengan media kaligrafi Al- Qur’an yang penuh dengan keindahan. “Jangan kekang potensi yang dimiliki karena setiap individu memiliki kemampuan dan potensinya masing-masing,” pungkas Edo memberikan nasihat. @azhar

Bagikan artikel ini

id_IDID