Prof Dr Susanti, SPd, M.Si, Guru Besar Pendidikan Ekonomi dan Keuangan Unesa

Tips dan Trik Kelola Keuangan Bagi Gen Z

Gen Z rentan terperosok pada gaya hidup konsumtif dan hedonistik. Bahkan, tidak sedikit yang terjerat kasus hutang atau pinjaman online (pinjol). OJK mencatat sebanyak 40% kredit macet pinjaman online (pinjol) berasal dari Gen Z mulai usia 19 tahun. Lantas bagaimana cara membiasakan literasi keuangan sejak dini, dan bagaimana tips dan trik kelola keuangan? Berikut bincang prespektif bersama Prof Dr Susanti, SPd, Msi, Guru Besar Pendidikan Ekonomi dan Keuangan Unesa.

Mengapa tertarik meneliti tentang literasi keuangan?

Literasi keuangan itu penting dalam pengambilan keputusan ekonomi individu dan kesejahteraan keuangan masyarakat. Dengan memahami literasi keuangan, seseorang dapat mengelola keuangannya lebih bijak, menghindari jeratan hutang yang tidak sehat, dan mempersiapkan masa depan dengan baik. Gaya hidup masyarakat yang terlalu konsumtif ini ini diwariskan kepada Gen Z. Salah satu contoh adalah anak-anak SMA yang banyak terpengaruh gaya hidup hedonisme. Untuk memenuhi kebutuhan hidup itu, mereka sampai harus berhutang. Apakah materi akuntansi dan ekonomi yang mereka pelajari tidak berdampak sama sekali atau tidak diterapkan dalam kehidupan mereka? Dari situlah, akhirnya saya tertarik meneliti anak-anak SMA di Surabaya mulai dari SMAN 1 Surabaya hingga SMAN 22 Surabaya. Saya teliti apakah mereka memiliki literasi keuangan atau tidak. Hasilnya, literasi keuangan mereka masih rendah.

Sejak kapan tertarik melakukan penelitian tentang literasi keuangan?

Saya mulai tertarik meneliti sejak kuliah S-3 tahun 2012. Saat itu, literasi keuangan belum banyak yang meneliti. Jikapun ada, kebanyakan dari luar negeri. Waktu itu, di Indonesia belum booming sehingga disertasi saya termasuk perintis. Setelah itu, baru booming melek literasi keuangan. Saya melihat gaya hidup hedonisme dan berfoya-foya itu apakah berkaitan dengan pembelajaran akuntasi, karena literasi keuangan berhubungan erat dengan literasi ekonomi dan literasi akuntansi. Sejak 2012 hingga sekarang, saya terus fokus meneliti tentang literasi keuanga. Saya terus berkomitmen setiap tahun harus ada penelitian tentang literasi keuangan. Penelitian ini terus saya kembangkan dari tahun ke tahun menyesuaikan perkembangan teknologi.

Sejak penelitian pertama hingga sekarang, apakah terdapat perkembangan literasi keuangan, terutama generasi muda?

Angka perkembangannya masih cukup rendah hanya di angka 51,70% pada 2024. Ini sesuai dengan laporan Otoritas Jasa Keuangan. Sekarang ini, anak-anak tumbuh bersama teknologi digital seperti marketplace, QRIS, pay latter, dan bahkan pinjol yang berkembang sangat cepat dan mudah diakses melalui gadget. Hal itu menjadi faktor yang mendorong generasi muda terlena sehingga pengeluarannya membengkak dan rentan terjerat permasalahan finansial.

Mengapa literasi keuangan itu penting dikenalkan sejak usia dini kepada generasi Z?

Dengan munculnya berbagai kemajuan teknologi digital, terutama yang terkait dengan finansial, seharusnya mendorong kita dan terutama generasi Z sebagai generasi penerus agar literasi keuangan dikenalkan sejak dini. Itu harus menjadi suatu keharusan, karena ketika peserta didik sudah remaja, sudah mulai terbentuk perilakunya sehingga cukup sulit untuk pembiasaan. Oleh karena itu, pembiasaan dan pengenalan literasi keuangan harus dimulai sejak dini, tidak hanya oleh guru tetapi juga orang tua dan lingkungan keluarga dengan memberikan contoh nyata.

Salah satu bentuk implementasi pengenalan dan pembiasaan literasi keuangan sejak dini adalah pemberlakuan ChaChing Curriculum yaitu kurikulum edukasi tentang keuangan. Menurut teori, dulu ketika mempunyai pendapatan, uang digunakan untuk mengutamakan pengeluaran konsumsi, sisanya baru digunakan menabung. Sekarang zamannya sudah berubah. Jika memiliki pendapatan, yang diutamakan adalah saving terlebih dahulu. Berapa yang harus disimpan untuk menabung, baru yang lain dibelanjakan. Sekarang kalau tidak dipaksakan ditabung, tidak akan bisa karena banyak godaannya.

Bagaimana cara terbaik mengedukasi generasi Z tentang literasi keuangan?

Cara edukasinya tentu menggunakan pendekatan media digital juga seperti podcast, diskusi santai, webinar atau seminar online. Kemudian, juga harus dibarengi dengan integrasi kurikulum literasi keuangan yang masuk dalam pembelajaran. Jadi, saat guru mengajarkan ke siswa, jangan lupa tetap mengintegrasikan literasi keuangan dalam setiap pembelajaran.

Apakah efek dari edukasi literasi keuangan berpengaruh terhadap perilaku kewirausahaan generasi Z?

Betul. Literasi keuangan sangat berpengaruh terhadap minat generasi Z untuk berwirausaha. Dengan literasi keuangan, mereka bisa memahami cara mengelola keuangan dengan baik, mengelola modal, menghitung BEP, memahami profit dan harga jual, perencanaan usaha, dan sebagainya. Dengan demikian, mereka akan memiliki gambaran sehingga tertarik berwirausaha.

Bagaimana tips dan trik mengelola keuangan bagi generasi muda dan masyarakat?

Generasi Z ini kan kebanyakan masih belum bekerja dan masih menempuh pendidikan, sehingga pendapatannya berasal dari uang saku orang tua. Nah, mereka harus diajarkan untuk mengelola uang saku sebagai pendapatan dengan kiat-kiat berikut, yakni 1)membuat anggaran (harus bisa membuat perencanaan anggaran dan cash flow kemudian akan digunakan untuk apa), 2)patuhi anggaran itu (tahan diri jika terdapat godaan untuk membelanjakan anggaran di luar perencanaan, termasuk mengatur gaya hidup dan berhati-hati meminjamkan uang kepada teman), menabung (harus disisihkan walaupun sedikit, karena jika tidak dipaksakan maka tidak bisa).

Selanjutnya, 3)memahami perbedaan kebutuhan dan keinginan (jika hanya menuruti keinginan saja tanpa tahu kebutuhan atau tidak, maka tidak bisa mengelola keuangan dengan baik), 4)membuat pencatatan keuangan (harus dibiasakan mencatat pengeluaran secara rinci, apa saja yang dibeli sehingga dapat mempertimbangkan pengeluaran dan pendapatan).

Bagaimana harapan untuk literasi keuangan di Indonesia ke depannya?

Literasi keuangan harus semakin meningkat dan merata di seluruh lapisan masyarakat. Terus bersinergi dan menyediakan edukasi keuangan yang mudah diakses. Salah satunya, melalui pembukaan kursus-kursus literasi keuangan yang inklusif dan optimal untuk semua kalangan, termasuk generasi muda. Jika literasi keuangan seseorang tinggi, maka perilaku keuangannya juga semakin baik. Dan, pada akhirnya, mampu mengelola keuangan dengan bijak, mengurangi risiko keuangan yang buruk, tidak mudah tergoda oleh berbagai platform pinjaman online dan terhindar dari perilaku konsumtif. @azhar

Bagikan artikel ini

id_IDID