Cetak Sineas Intelektual Masa Depan

Prodi S1 Film dan Animasi

Di tengah derasnya arus industri kreatif dan kemajuan teknologi digital, kebutuhan terhadap sineas tidak hanya memiliki kecakapan di balik kamera, tetapi juga tajam dalam menggali narasi dan pesan sosial. Hal itu tentu membutuhkan sineas yang memiliki intelektualitas tinggi.

Menjawab tantangan itu, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Universitas Negeri Surabaya (Unesa) mengambil langkah strategis dengan membuka Program Studi (Prodi) baru, yakni S-1 Film dan Animasi. Prodi ini merupakan program multidimensi yang dirancang untuk mencetak sineas dan intelektual kreatif masa depan.

Dekan FBS Unesa, Syafi’ul Anam, PhD mengungkapkan bahwa pendirian Prodi S-1 Film dan Animasi tidak muncul secara tiba-tiba. Program itu, telah dirancang untuk merespons berbagai dinamika dunia perfilman dan animasi yang semakin kompleks dan kompetitif baik di ranah nasional maupun global.

“Dengan perkembangan teknologi yang begitu cepat, animasi telah menjadi elemen penting dalam memperkuat industri kreatif. Kita ingin menawarkan pendekatan multidimensi dalam perfilman—sesuatu yang belum banyak ditawarkan oleh perguruan tinggi lain,” ungkapnya.

Selain mencetak sineas andal, terang Syafi’, prodi baru ini juga bertujuan melahirkan intelektual perfilman, yakni mereka yang mampu membawa perubahan dengan visi kreatif dan pemahaman mendalam terhadap budaya, teknologi, serta isu-isu sosial kemasyarakatan.

Satu hal yang menjadi pembeda Prodi S1 Film dan Animasi FBS Unesa dengan program serupa di universitas lain. Kata Syafi’, pembeda itu adalah pendekatannya yang interdisiplin. “Prodi ini tumbuh dari akar kuat program studi yang sudah mapan, seperti Desain Komunikasi Visual (DKV), Sastra, Musik, dan Pendidikan Sendratasik,” ujarnya.

Kurikulum Prodi Film dan Animasi, jelas Syafi’, memadukan dasar-dasar visual dari DKV, seperti Visual Narrative Design dan Multimedia Production dengan kedalaman narasi yang dibawa oleh studi sastra dan seni pertunjukan. “Mahasiswa tak hanya belajar menciptakan karya yang memesona secara visual, tetapi juga dilatih mengangkat cerita dengan lapisan makna yang kaya,” bebernya.

Pendekatan itu, tambah Syafi’, memungkinkan mahasiswa untuk menggabungkan kekuatan visual dengan narasi mendalam, sehingga menghasilkan karya yang bukan hanya estetik tetapi juga penuh pesan.

Sementara itu, struktur kurikulum di prodi ini dirancang dengan menggabungkan teori dan praktik yang berimbang. Mahasiswa akan menempuh mata kuliah seperti Introduction to Film StudiesKajian Budaya PopulerDigital FilmmakingFilm Production Management, dan Script Editing. “Untuk mata kuliah kolaboratif seperti Cross Cultural Film InterpretationMusic ScoringDramaturgi, dan Casting & Acting dipelajari sebagai penambah warna dalam pembelajaran,” tambahnya.

Setiap mata kuliah, tandas Syafi’, dirancang agar mahasiswa tak hanya jadi “pengguna alat,” tapi juga pengolah pesan. Bahkan, FBS telah merancang skema pembelajaran berbasis proyek yang terintegrasi dengan komunitas lokal dan pelaku industri kreatif.

“Mahasiswa tidak akan hanya duduk dan mendengar. Mereka akan membuat, bereksperimen, dan menyajikan hasilnya kepada publik. Kita ingin menciptakan lingkungan belajar yang hidup, dinamis, dan membuka ruang kolaborasi lintas bidang,” lanjutnya.

Didukung Dosen Ahli

Untuk mendukung ambisi besar itu, FBS telah menyiapkan dosen-dosen ahli di bidang film, seni pertunjukan, dan animasi. Selain tenaga pengajar akademik, prodi ini juga akan rutin menghadirkan praktisi industri sebagai dosen tamu maupun mentor proyek. “Mahasiswa bisa belajar langsung dari pengalaman profesional—baik yang sudah eksis di dunia perfilman nasional maupun komunitas film independen,” ungkapnya.

Prodi Film dan Animinasi juga ditopang dengan sumber daya dan fasilitas yang memadai. Untuk menunjang proses belajar, misalnya, FBS Unesa telah menyiapkan dosen-dosen kompeten di bidang film dan animasi, para tenaga kependidikan, dan teknisi laboratorium juga siap sedia mendukung praktik mahasiswa.

Fasilitas pun tak main-main. Prodi ini dibekali ruang kuliah representatif di Gedung T14, laboratorium dan studio penunjang seperti Lab Komputer, Studio Fotografi dan Videografi, Studio Ilustrasi, hingga Ruang Audio Visual dan Display. “Infrastruktur ini menjadi wadah bagi mahasiswa untuk menuangkan ide-ide liar mereka dalam karya yang nyata,” urainya.

Dengan basis pendidikan yang kuat dan pengalaman praktik nyata, Syafi’ optimis lulusan Prodi S-1 Film dan Animasi Unesa memiliki prospek menjanjikan. Mereka bisa berkarier di rumah produksi film dan animasi, studio desain visual, lembaga pendidikan dan riset budaya, hingga instansi pemerintahan yang bergerak dalam diseminasi informasi.

“Lulusan juga dibekali semangat wirausaha kreatif, sehingga memungkinkan mereka menjadi filmpreneur—mendirikan usaha produksi film, agensi kreatif, atau platform visual berbasis teknologi. Kita siapkan bukan hanya pekerja, tetapi penggerak industri,” kata sang dekan optimistis,” jelasnya.

Dalam waktu dekat, tambahnya, prodi ini juga akan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak eksternal di bidang film dan industri kreatif. Bentuknya bisa berupa pemagangan, kuliah tamu dari praktisi, hingga proyek-proyek kolaboratif lintas lembaga.

Sebagai program studi baru, Syafi’ optimis prodi ini akan mendapatkan sambutan antusias dari publik dan peminatnya akan terus meningkat. Apalagi, saat ini, Masyarakat semakin bertambah kesadarannya terhadap film dan animasi yang bukan hanya profesi, tapi juga panggilan zaman untuk menyampaikan gagasan dan membentuk peradaban.

“Harapan kami di tahun depan, prodi ini bisa diterima dengan antusias oleh publik. Semoga semakin banyak calon mahasiswa yang mendaftar dan menjadikan prodi ini sebagai pilihan utama,” harap Syafi’. @prisma

 

Bagikan artikel ini

id_IDID