Prof Dr Wahono Widodo, MS, Guru Besar Bidang Media dan Teknologi Pembelajaran IPA

Cetuskan Aplikasi Peningkatan Literasi Sains Gen Z

Literasi sains siswa Indonesia masih rendah. Persentasenya sekitar 34% untuk indikator konten, 21% untuk proses, dan 23% untuk konteks aplikasi sains. Studi PISA 2022 menunjukkan bahwa Indonesia mengalami penurunan skor dalam literasi sains, dan peringkat literasi sains Indonesia berada di urutan ke-70 dari 79 negara. Mengatasi hal itu, Pakar Media dan Teknologi Pembelajaran IPA Unesa, Prof Dr Wahono Widodo, Msi menawarkan solusi alternatif yaitu media pembelajaran berbasis gawai dengan berbagai aplikasi yang diciptakan. Seperti apa inovasi tersebut, berikut bincang lengkapnya!

Generasi Z tumbuh bersama teknologi, apakah hal tersebut yang mendorong urgensi penelitian terkait pemanfaatan gawai sebagai media pembelajaran?

Iya, kita tahu mulai generasi Z dan generasi selanjutnya sejak lahir sudah diasuh “gawai” dan ada 2 macam sikap sekolah, yaitu ada yang betul-betul tidak menggunakan gawai dan ada juga sekolah yang memperbolehkan membawa gawai. Sampai sekarang masih terus menjadi penelitian longitudinal mana yang lebih pas, melarang sama sekali atau memanfaatkan. Mengingat bahwa cukup sulit melarang siswa untuk tidak membawa gawai atau bermain gawai maka alih-alih melarang, saya menawarkan gawai sebagai cara untuk mengakses terutama untuk mempelajari materi secara interaktif menggunakan multimedia interaktif.

Sejak kapan melaksanakan penelitian tersebut dan di mana lokasi penelitiannya?

Saya mulai menggunakan multimedia interaktif untuk generasi Z yang dikemas dalam aplikasi. Aplikasi itu nanti bisa diinstall di gawai berbasis android. Mulai pengembangannya tahun 2018 kemudian lanjut 2019 itu established dan kemudian dilakukan uji coba atau penelitian eksperimen. Ada beragam lokasi uji coba, ada SMP-SMP di Kabupaten Sidoarjo kemudian ada juga beberapa SMP di Kota Mojokerto. Sejauh ini, penelitian kami tidak stuck di sana saja tetapi terus berlanjut terutama untuk calon guru IPA. Saya berpikir jika kepada siswa saja maka dia akan menjadi asyik tetapi akan juga lebih bermanfaat jika ke calon guru IPA juga.

Dari hasil yang dicapai, bagaimanakah implementasinya nanti jika diterapkan di sekolah-sekolah Indonesia terutama bagi para siswa?

Sejauh ini hasilnya adalah seperti ini: (1) ketika siswa itu belajar dengan menggunakan gawai (multimedia interaktif menggunakan gawai) sekali di install maka siswa bisa mempelajari itu kapan saja dan di mana saja, termasuk saat pembelajaran. Hasilnya, menunjukkan bahwa terjadi learning engagement yaitu peningkatan keterlibatan siswa di dalam pembelajaran dan yang kedua karena saya fokus pada literasi ilmiah atau sciencetific literacy (literasi sains) terbukti memang terjadi peningkatan pada kemampuan literasi sains pada siswa yang menggunakan multimedia interaktif berbasis gawai ini.

Adakah tantangannya?

Tantangan di Indonesia secara umum, pembatasnya adalah sejauh siswa itu memiliki gawai atau sekolah bisa memfasilitasi dengan menggunakan komputer di sekolah, termasuk juga tidak harus milik sendiri seperti milik orang tuanya. Maka sejauh ini penelitian saya belum menjangkau ke wilayah-wilayah yang remote di mana gawai tidak ada, maka jika seperti itu akan menjadi penghalang atau pembatas karena tidak dimaksudkan untuk seperti itu. Tentu saja saya punya penelitian lain yang memang ada maksud untuk memfasilitasi siswa yang remote tetapi sejauh ini fokus saya pada pemanfaatan gawai yang produktif bagi siswa terutama generasi Z.

Apakah dari penelitian ini terdapat produk yang dikembangkan?

Sebenarnya melalui penelitian saya sudah menghasilkan produk-produk dalam bentuk aplikasi interaktif, artinya aplikasi yang saya buat bisa di install di gawai dan sudah memiliki sertifikat HKI. Apakah ke depannya seperti apa? Ini bisa diproses masuk ke google play store. Saat ini, aplikasi saya sudah diberikan kepada guru-guru agar bisa digunakan bersama siswa. Intinya, program aplikasi ini dapat digunakan bersama siswa dan guru. Aplikasi lain yang sudah saya ciptakan seperti Aplikasi SSI Tekanan untuk meningkatkan literasi sains, Aplikasi Aliran Energi untuk pembelajaran IPA, Aplikasi SSI Tikus dan Burung Hantu untuk materi IPA dan SAC Perpindahan Kalor untuk materi terkait kalor. Sementara itu, sebagai sarana mengatasi miskonsepsi saat pemecahan masalah oleh mahasiswa, saya cetuskan Aplikasi MMI Rangkaian Listrik.

Bagaimana dampak yang dihasilkan dari penerapan media berbasis gawai tersebut terutama terkait hasil literasi sains siswa?

Ada dampak pada skala eksperimen, namun untuk dampak ke siswa secara luas itu menyangkut kepada kebijakan dan lain-lain. Kalau dampak skala eksperimen itu jelas positif dan itu bisa dilihat di jurnal saya bisa terjadi peningkatan dan seterusnya dalam literasi siswa terutama literasi sains, yakni kemampuan untuk menerapkan pemahaman sains untuk menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari.

Bagaimana langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh para guru atau pendidik yang masih memiliki kesulitan dalam menyampaikan pengetahuan terkait literasi sains kepada siswa?

Jadi, literasi sains itu tidak diceramahkan ya, apa langkah yang dilakukan guru? Sebetulnya guru kalau mengikuti arahan kurikulum, baik itu Kurikulum 2013 maupun Kurikulum Merdeka itu sudah mewadahi pengembangan literasi sains, sebagai contoh: untuk kurikulum 2013 pada KD (Kompetensi Dasar) 4 yaitu keterampilan maka di IPA itu misalnya terampil dalam menyajikan hasil percobaan, terampil dalam mengomunikasikan hasil percobaan, dan seterusnya, yang itu menunjukkan mampu mengomunikasikan hasil percobaan berarti sebelumnya melakukan percobaan, tentu dengan mencobakan variabel dan melihat efeknya (hubungan sebab-akibat) yang itu mulai dari merumuskan masalah, hipotesis, merancang cara mencari data, mencari data, menganalisis, menyimpulkan. Itu adalah esensi dari literasi ilmiah atau sains. Sehingga literasi sains itu tidak diceramahkan.

Bagaimana harapan untuk pemanfaatan dan penerapan keilmuan ke depannya?

Sebetulnya dalam konteks keilmuan, sekali peneliti berpuas atas capaian yang sudah diteliti, maka sejak saat itu sebagai ilmuwan dia telah mati. Artinya, ilmuwan itu harus terus mengkaji dan tidak puas dengan ilmu pengetahuan saat ini sehingga terus mencari cara-cara baru, ilmu-ilmu baru dan seterusnya, termasuk saya juga tidak akan puas berhenti. Maka, caranya harus terus meneliti, meneliti, dan meneliti. @azhar

Bagikan artikel ini

id_IDID