
Cerita Aldien Maulana ‘Berpetualang’ ke Negeri Berjuluk Pulau Teknologi Melalui IISMA
Dalami IT, Ikuti Jejak Ortu yang Merupakan Konsultan Perusahaan Aplikasi
Di negeri berjuk Pulau Teknologi, Taiwan, Aldien Maulana lolos program Indonesia International Student Mobility Award (IISMA) 2024. Ia pun mencicipi serunya kuliah di National Taiwan Normal University selama hampir enam bulan (1 semester). Di negeri yang terkenal dengan produsen peralatan teknologi terbesar di dunia seperti Acer, ASUS, dan HTC itu, Aldien ingin mendalami Information Technology (IT), sekaligus mengikut jejak sang ayah yang merupakan konsultan perusahaan aplikasi.
IISMA merupakan program beasiswa dari Kemendiktisaintek untuk mendanai mahasiswa Indonesia mengampu pendidikan selama satu semester di universitas ternama di luar negeri. Setiap tahun, ribuan mahasiswa dari berbagai universitas bersaing ketat untuk bisa lolos program ini. Selain kelengkapan dokumen akademik dan tes kemampuan bahasa Inggris, kesiapan dan visi misi para peserta sangat dibutuhkan.
Salah satu yang merasakan ketatnya seleksi itu adalah Aldien Maulana (aldien), mahasiswa Prodi S-1 Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Berkat kerja kerasnya, ia berhasil lolos program IISMA di National Taiwan Normal University.
Pemuda kelahiran Blitar, 30 Mei 2004 yang menghabiskan masa kecilnya di Sidoarjo dikenal sebagai siswa yang tekun dan berprestasi sejak masih di bangku SD, SMP, dan SMA. Saat duduk di bangku SMP, ia berhasil meraih juara 1 speech contest tingkat sekolah dan juara 2 lomba speech contest tingkat provinsi.
Selain itu, Aldien memiliki hobi bermain komputer. Hobi itulah yang menjadi awal ketertarikannya pada dunia teknologi informatika. Hingga akhirnya, ketika lulus SMA, ia memilih prodi S-1 Teknik Informatika, Universitas Negeri Surabaya.
Perjalanan Aldien menuju IISMA, dimulai ketika mendengar informasi tentang program ini dari teman-temannya. Kebetulan, ia punya impian untuk bisa kuliah di luar negeri. Informasi itu pun, tidak disia-siakan. “Kesempatan belajar ke luar negeri tidak datang dua kali, jadi saya harus benar-benar memanfaatkannya,” ungkap Aldien.
Impina Aldien untuk biasa kuliah ke luar negeri, akhirnya terwujud. Setelah melalui seleksi yang sangata ketat, ia dinyatakan lolos dan diterima di National Taiwan Normal University sebagai kampus tujuan IISMA. Di kampus itu, ia mengambil course data science, sebuah program pendidikan yang mengajarkan pengumpulan, analisis, dan intresprestasi data. “Saya terinspirasi oleh pekerjaan ayah,” ungkapnya singkay.
Di kampus itu, ia ingin mendalami IT yang menjadi bidang pekerjaan ayahnya sebagai konsultas perusahaan aplikasi. Semua course itu, memang didasarkan pada bidang yang diminati.
Dukungan Orang-orang Terdekat
Keberhasilan Aldien mengikuti program IISMA tidak luput dari dukungan orang-orang terdekat. Keluarganya selalu memberikan dukungan mulai proses pendaftaran hingga wawancara. Baik sang ayah, Rony Emanuel maupun sang ibu, Guritna Kusuma Dewi, selalu memberikan dukungan dan doa dalam setiap proses yang dilalui Aldien. Selain orang tua, ia juga mendapatakan dukungaan dari fakultas dan universitas yang berperan besar dalam keberhasilannya lolos program IISMA. “Unesa secara aktif memberikan bimbingan dan motivasi selama proses seleksi serta memberikan bantuan administratif yang sangat diperlukan,” ungkapnya.
Kali pertama datang ke kampus tujuan (NTN University), Aldien mengaku terpesona dengan arsitektur bangunannya yang terlihat sangat bagus. Selain itu, akses ke berbagai fasilitas baik di dalam maupun di luar kampus juga sangat muda. Namun, adaptasi di lingkungan baru, tetap menjadi tantangan. Sebagai seorang muslim, ia mengungkapkan harus lebih berhati-hati dalam memilih makanan.
“Biasanya, saya menggunakan Google Translate untuk memastikan makanan yang saya beli halal dan tidak mengandung babi,” tuturnya menceritakan pengalamanya saat berada di Taiwan.
Sistem akademik di National Taiwan Normal University, terang Aldien, berbeda dengan sistem akademik di kampusnya, Unesa Perbedaan itu ia rasakan karena dosen di National Taiwan Normal University sangat disiplin waktu. Saking disiplinnya, tugas yang terlambat walau hanya satu detik langsung dikenakan pengurangan nilai. Selain itu, mahasiswa yang tidak mendapatkan kelompok untuk tugas, harus mengerjakan sendiri.
“Dosen di sana tidak pernah datang terlambat, apabila mengumpulkan tugas telat satu detik maka benar-benar mendapatkan konsekuensi nilai dikurangi. Saat mendapat tugas kelompok, apabila gagal mencari kelompok, maka tidak seperti di Indonesia, dimana dosen akan membantu mahasiswa mencari kelompok. Di sana, mahasiswa harus mengerjakan tugas tersebut sendirian,” jelasnya.
Selama menjalani perkuliahan di Taiwan, Aldien menemukan banyak peluang untuk mengembangkan diri. Salah satunya, ia belajar mengatur waktu antara kuliah dan kegiatan lainnya, seperti bergabung dengan klub bela diri dan juga sekadar bersosialisasi dengan teman-teman yang lain. Melalui program IISMA, Aldien merasa lebih terbuka terhadap keberagaman budaya dan cara pandang baru yang lebih mendunia. “Saya jadi menyadari pentingnya kolaborasi global. Saya berharap pengalaman ini dapat memberikan dampak positif untuk saya bawa ke Indonesia,” ungkapnya.
Adien ingin berbagi ilmu dan pengalaman yang didapatkan di Taiwan kepada teman-temannya. Ia juga ingin menjadi motivator bagi anak-anak muda untuk tak segan berkuliah ke luar negeri melalui IISMA ataupun program sejenis lainnya. Ia berharap, jumlah mahasiswa Unesa yang diterima melalui program IISMA semakin banyak. @ misel
Bagikan artikel ini